SBY adalah salah satu presiden yang melankolis dan romantis abis, Tidak kalah dengan Anies yang pandai berkata manis, Kata-kata SBY juga memiliki daya magis,
Tapi kalau ingat Hambalang penulis kadang nangis.
Tebak-tebak buah manggis, Berapa kali SBY curhat seperti mau nangis, Kadang hati ini ikut meringis, Derita SBY seperti tidak pernah habis.
Demikianlah sedikit pantun untuk mengenang salah satu presiden paling berbakat dalam membuat album dan memiliki banyak kata-kata yang legend. Harap dimaklumi kalau pantunnya tidak terlalu bagus, karena penulis bukan tipe orang yang pintar merangkai kata. Jika Anies memiliki nilai 100, SBY 95, maka penulis hanya memiliki nilai maksimal 60 untuk urusan merangkai kata.
Mari kita sedikit mengenang kata-kata dan kalimat SBY yang melegenda, cetar membahana dan membuat seluruh dunia terpana. Kata pertama yang paling legend dari SBY adalah kata Prihatin. Ini adalah kata-kata yang sudah melekat dengan presiden Indonesia yang gateng dan disukai emak-emak yang satu ini.
- Cina mengklaim kepulauan natuna, jawabannya? Prihatin!
- Terjadi pembunuhan jemaah Ahmadiyah di Bogor, jawabannya? Prihatin!
- Terjadi pembunuhan jemaah Syiah di Sampang, jawabannya? Prihatin!
- FPI melakukan kekerasan di kendal, jawabannya? Prihatin!
- Kekerasan atas nama agama marak, jawabannya? Prihatin!
Lalu setelah prihatin apa yang SBY lakukan? Jreng jadilah sebuah album.
Kedua, ada kalimat SBY yang berbunyi “Saya bertanya kepada Bapak Presiden dan Kapolri”. Kalimat ini SBY ucapkan di twitter dan ditanggapi oleh candaan oleh netizen dan sempat trending. Ceritanya rumah SBY di Kuningan pemberian negara di demo oleh sekelompok mahasiswa yang menganggap SBY salah satu dalang maraknya politik SARA di Jakarta.
Jokowi juga menanggapi kalimat tersebut dengan becanda, Jokowi berkata “kalau semua bertanya pada Presiden dan Kapolri, saya bertanya pada siapa?”. Mungkin bertanya pada rumput yang bergoyang, yang pasti maksud SBY berkata seperti itu seolah-olah Jokowi yang bertanggung jawab dibalik demo mahasiswa di kediaman SBY tersebut.
Lalu berikutnya ada kata yang juga legend yaitu “Lebaran Kuda”, kata-kata ini diucapkan SBY untuk mengomentari demo aksi bela agama yang legendaris tersebut. Menurut penulis ini adalah gejala manusia yang post power syndrome, seolah-olah dirinya masih dianggap penting oleh masyarakat dan punya kendali untuk mengatur jalannya pemerintahan.
Tapi coba bayangkan, di tengah gejala post power syndrome saja, SBY masih mampu mengeluarkan kata-kata yang begitu legend dan ikonik. Jadi soal merangkai kata bagi penulis SBY ini tidak kalah jauh dibandingkan Anies Baswedan, jika kata-kata Anies menghipnotis dan membuat mual, maka kata-kata SBY dikenang karena ikonik.
Terakhir yang akan penulis balas adalah kalimat SBY yang heboh baru-baru ini, yaitu kalimat “Tuhan Tidak Suka”. Perkataan SBY ini bagi penulis adalah perkataan dari orang yang SKSDST alias Sok Kenal Sok Dekat Sama Tuhan. Tidak berbeda dengan para kadrun yang sering mengkafir-kafirkan dan menentukan siapa yang masuk surga dan siapa yang tidak.
Tidak berbeda juga dengan Abdul Somad yang sering mengharamkan segala sesuatu, jika boleh hitung-hitungan, maka dari semua yang haram hanya sepuluh (10) persen yang diharamkan Tuhan dan sembilan puluh (90) yang diharamkan Abdul Somad.
Bagi penulis kalimat SBY ini penuh dengan asumsi, SBY menasehati masyarakat agar tidak menganggap semua akan pulih karena vaksin. Memangnya SBY sudah survei masyarakat bahwa mereka kebanyakan optimis dengan Vaksin semuanya akan selesai? Setahu penulis sih yang ada juga semua masalah akan selesai dengan khilafah, mulai dari mual-mual, mencret dan susah buang air besar.
Tidak pernah penulis menemukan ada seorangpun yang merasa dengan Vaksin semuanya akan selesai. Yang miskin jadi kaya, yang jomblo jadi punya pacar, yang belum menikah seperti Rockg Gerung akan segera menikah. Tapi setidaknya dengan vaksin ini, diharapkan pandemi ini perlahan-lahan akan mulai pulih.
Optimisme itu adalah hal yang wajar, selama tidak berlebihan seperti misalnya menghentikan karir anak demi menjadikannya Gubernur padahal belum ada rekam jejak menjadi pemimpin daerah. Lalu berambisi membuat Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Bukit Hambalang, ternyata yang jadi malah candi.
Demikianlah kata-kata SBY yang legend, pembaca tidak lupa kan? Mungkin kalau lupa karena pembaca lebih ingat candi Hambalang daripada kata-kata pak SBY tersebut.