Dualisme sebuah partai politik terjadi akibat 2 faktor, faktor eksternal dan internal. Kedua partai ini saling berhubungan dan tidak berdiri sendiri. Faktor internal dualisme biasanya terjadi karena ada ketidakpuasan akan kepemimpinan partai dan performa partai.
Faktor eksternal yaitu adanya manuver politik dari pihak di luar partai, biasanya pemerintah sebagai pihak yang mengesahkan kubu mana yang sah secara hukum negara. Ini tidak akan berpengaruh apa-apa jika sebuah partai politik solid dari atas hingga bawah.
Dalam hal Demokrat, pernyataan Agus yang mengklaim akan ada kudeta partai justru membuktikan ada yang tidak beres di partai yang dipimpinnya. Apalagi sampai ada pihak luar yang ikut campur.
Bagi sebagian petinggi partai Demokrat, terpilihnya Agus sebagai ketua tidak sesuai dengan AD/ART partai yang mengharuskan seorang ketua minimal harus menjadi kader 5 tahun. Namun hal ini sudah dibantah oleh kader Demokrat pro Agus bahwa pada AD/ART yang baru tahun 2015-2020 tidak mensyaratkan hal tersebut.
Artinya ada perubahan AD/ART bukan? Nah mungkin di sini letak ketidakpuasan senior Demokrat. Tapi silakan saja itu urusan internal Demokrat
Dualisme partai tidak hanya pernah dialami Demokrat, tapi juga partai politik lainnya seperti Golkar, PPP, PKB, PKS, PAN, Hanura, PDIP. Jadi terlalu berlebihan jika berkata bahwa bangsa Indonesia berkabung. SBY terlalu cengeng untuk menghadapi masalah yang dia ciptakan sendiri, sama seperti saat dia memimpin yang selalu berkata “prihatin” dan curhat bahwa gajinya tidak pernah naik.
Dalam hal ini Amin Rais lebih tegar daripada SBY, demikian juga dengan para petinggi partai Golkar yang membentuk partai baru saat terdepak akibat dualisme partai. Amin Rais yang dijatuhkan oleh Zulkifli Hasan saja tidak sampai mewek-mewek di depan publik dan dengan tenang membuat partai baru.
Apalagi jika dibandingkan dengan Megawati. Saat peristiwa kudatuli 1996, dualisme partai PDI terjadi dengan campur tangan pemerintah dan ABRI yang ikut membantu Suryadi dalam mengambil alih kepemimpinan partai PDI dari tangan Megawati. Peristiwa tersebut adalah peristiwa berdarah dengan banyak korban jiwa. Apakah Megawati mewek-mewek setelah kejadian berdarah tersebut? Tidak, Megawati tegar dan membuat PDI Perjuangan. Bahkan Megawati dengan partai barunya memenangkan pemilu.