Karena sudah tak punya dana lagi, Rizieq menuntuk kuasa hukum yang ada, yang ototnya besar, tak punya otak gak jadi masalah, yang penting teriaknya kenceng. Dan ternyata kelompok kuasa hukum yang di tunjuk Rizieq sangat lucu. Komposisinya luar biasa kocak. Ada Munarman yang dulu sempat mempopulerkan jurus siram air teh. Kemudian, ada juga nama Novel Bamukmin si dunggu.
Kenapa orang-orang ini bisa jadi kuasa hukum Rizieq? Bukankah dulu, konon orang ini pernah kerja di Fitsa Hats? Saat demo dia muncul, saat sidang dia pun muncul. Dia dengan gampangnya gonta ganti karakter sesuka hati sesuai kondisi dan situasi.
Sangat mirip dengan kelompok FPI dan gerombolan 212 yang bisa demo topik apa pun asalkan ada logistik dan bisa disetir kemana pun. Paket demo komplit segala isu. Ini murni demo atau cuma mau makan nasi bungkus gratis?
Saya masih tidak percaya Novel Bamukmin bisa jadi pengacara Rizieq. Ini malah bisa jadi blunder dan bikin Rizieq makin terjepit. Karena tidak punya uang lagi sehingga tidak bisa menyewa pengacara yang lebih top markotop, good marsogood? Tinggal minta sumbangan dari 7 juta umat aja kok. Pendukung setianya pasti akan rela membantu. Bagi mereka, membela Rizieq akan masuk surga.
Soalnya begini. Tingkah mereka itu lho. Munarman sudah dijelaskan sebelumnya. Sekarang kita lihat Novel. Dia sempat mengamuk karena layar yang menampilkan Rizieq dimatikan. Dengan nada tinggi, dia protes kenapa layar Habib Rizieq dimatikan.
“Kenapa ada suara tidak ada gambar Habib Rizieq sementara ini semua ada, kenapa ini diputus, kenapa? Kenapa ini diputus,” ujar Novel Bamukmin.
“Kenapa dimatiin?” tanyanya lagi dengan nada tinggi seperti orang idiot.
Dia mengaku tak terima lantaran layar Rizieq dimatikan. Padahal saat itu Habib Rizieq sedang berdebat dengan petugas kepolisian yang meminta kliennya tetap di tempat.
“Habib Rizieq marah-marah kan, ketika marah-marah dimatiin layarnya, nah saya ngamuk di situ, saya bilang nyalain, ini perbuatan zalim, saya nggak terima layar Habib Rizieq dimatiin, ada apa dengan Habib Rizieq nih, ini terjadi intervensi, intimidasi, saya ngamuk. Makanya saya marah banget itu klien saya, nggak boleh hak-haknya terzalimi, kami ini pengacara mendampingi agar hak-haknya itu terpenuhi,” katanya.
Sebenarnya begini kronologinya. Menurut berita yang beredar, yang sebenarnya adalah layar yang menampilkan Rizieq dimatikan karena permintaan Rizieq sendiri. Setelah menyatakan walk out dari sidang, dia meminta kamera di ruangan Bareskrim Polri tempatnya mengikuti persidangan dimatikan.
“Silakan dimatikan, karena harus dimatikan, harus dimatikan, di ruangan ini harus dimatikan. Yak. Terima kasih,” kata Rizieq.
Tampilan layar lalu hilang. Tapi suara dari ruang sidang Bareskrim Polri tetap terdengar. Hanya terdengar audionya saja. Terdengar Rizieq berbicara dengan seorang petugas yang memintanya tidak ke luar ruangan.
“Ini kan hak ana, paham, ana kan sudah menyatakan keluar dari sidang, pengacara ana semua sudah keluar dari ruang sidang. lihat dulu. Ana pernah disidang, ana pernah dua kali. Jadi gini, silakan hakim bersidang, silakan rumuskan apa yang dia mau, saya mau balik,” kata Rizieq.
“Saya mau balik ke sel, anda jangan ikut campur ini urusan hukum. Anda berdasarkan hukum apa saya mau tahu, saya menyatakan keluar Anda jangan paksa ini hak saya. Saya sudah selesai, saya mau balik ke sel, ini hak saya,” kata Rizieq lagi.
Nah, kesimpulannya adalah Rizieq yang meminta layar dimatikan karena walk out. Tapi si Novel ini dengan emosi meledak meletup marah-marah, bertanya-tanya kenapa layar dimatikan. Padahal Rizieq sendiri yang minta agar dimatikan. Memalukan sekali. Ngaku pengacara tapi nada bicara mirip orang stres yang tidak bisa menahan emosi, mirip preman pasar. Harusnya hakim tidak boleh diam menghadapi arogansi mereka. Hakim berhak usir mereka kalau memang gayanya sudah mirip pengacau bikin onar. Mereka ini seperti tidak kenal waktu dan tempat. Mau marah tinggal marah. Mau ngamuk langsung ngamuk tanpa banyak mikir. Gerombolan tak punya akhlak!