Anies si badut DKI dan KPK adalah kedua hal yang saling bersatu padu mengikat cinta ibarat pasangan suami istri yang saling melindungi satu sama lain. Anies berlindung di balik KPK, sedangkan KPK memberi perlindungan kepada Anies.
Kelihatan sekali juga kan, kalau kasus Formula E yang diduga jadi ladang korupsi, didiamkan dan dicuekin. Lalu juga KPK mendiamkan kasus tanah yang dikorupsi oleh dirut BUMD DKI Jakarta yakni Sarana Jaya. Sekarang orangnya belum ditangkap, baru dijadikan tersangka.
Mungkin KPK sedang menunggu SP3 dikeluarkan kepada Dirut Sarana Jaya, sahabat baik dari Anies Baswedan. Menunggu waktu yang tepat, agar korupsi di DKI Jakarta bisa ditutup rapat-rapat oleh orang-orang KPK yang ternyata di dalamnya ada maling emas 2 kilogram yang nilainya miliaran.
Anies menutup jejak hitam korupsinya dengan membangun tugu sepeda, kemudian KPK juga mencoba menutup jejak hitam tebang pilihnya dengan bikin pantun di Twitter. Bikin pantun jelek kayak sampah, malah digibahin sama netizen.
”Jalan-jalan ke kota Bekasi. Singgah sebentar ke warung nasi. Hari gini masih korupsi. Malu lah sama anak istri.”
Pantun jelek dan nggak penting kayak Anies Baswedan yang dicuitkan oleh admin Twitter KPK_RI ini pun disambut riuh gegap gempita oleh orang-orang yang waras dan jijik sama Anies Baswedan. Seorang netizen dengan akun @nila_mrt pun menuliskan seperti ini…
”Korupsi Balaikota gimana? KPK RI sayang Anies.”
Hal ini tentu biasa saja. Namun ada netizen yang lebih mengerikan dalam memberikan balasan kepada KPK RI yang diduga kuat kebelet mencalonkan Anies Baswedan menjadi presiden RI 2024. Netizen berakun @Otisram1 pun menuliskan sebuah pantun.
Pantun balasannya sangat sadis. Menusuk ulu hati orang-orang KPK. Mempermalukan Novel Baswedan si sepupu Anies yang tutup-tutupin kasus korupsi Jakarta dengan OTT receh-receh seperti yang dikerjakan sekarang ini. Bagaimana pantunnya?
”Jalan-jalan ke kota Bekasi. Singgah sebentar di warung nasi. Malulah KPK RI. Kalau nggak bisa bongkar korupsi DKI.”
KPK RI pun bungkam, tidak bisa berbuat banyak terkapar di rawa-rawa. Novel Baswedan ini adalah pelindung Anies Baswedan. Kelihatan sekali orang ini nggak bicara banyak soal dugaan korupsi besar-besaran di DKI Jakarta.
Mulai dari tugu-tugu nggak penting dari tugu bambu orang kayak eue gitu, lalu tugu gabion yang isinya sampah, sampai kepada tugu peti mampus dan juga terakhir tugu sepeda yang ternyata cuman niru-niru dari Picasso dengan gaya abstraknya, namun ternyata sampah.
Selain tugua-tugu sampah yang dihasilkan, ratusan miliar pun juga sudah digelontorkan entah ke mana untuk membangun rumah DP nol yang ternyata tanahnya juga fiktif dan tidak ada fisiknya. Selain itu juga Anies membayar formula E diam-diam ratusan miliar juga.
Bahkan sampai anggota Fraksi PSI di DKI Jakarta pun bercerita bahwa mereka merasa jadi seperti debt collector saat menagih kejelasan dan transparansi anggota Pemprov DKI Jakarta. Kemungkinan besar Pemprov DKI Jakarta melakukan tindakan kriminal korupsi besar-besaran.
KPK pun diam, hanya berpantun. Betapa rusaknya Anies dan Novel. Korupsi sendiri adalah tindakan kriminal yang menjadi musuh kita bersama. Anies ini musuh bersama bagi masyarakat Indonesia. Dia ini adalah sebuah contoh nyata dalam teladan bagaimana korupsi bisa dikerjakan secara legal.
Bagaimana tidak, orang yang menandatangani peraturan jual beli tanah, bisa lepas dari jerat hukum. Perlindungan macam apa yang KPK berikan kepada Anies?
Makanya jangan heran jika pantun yang dibuat, bukan di DKI, melainkan di Bekasi. Karena mungkin bagi KPK, DKI Jakarta adalah tempat yang tidak boleh disentuh. Karena kalau diselidiki korupsinya, Anies nggak bakal bisa tidur nyenyak. Dan kalau korupsi di DKI diselidiki, ada sepupu yang melotot dengan satu mata.
Sudah waktunya negara ini bebas dari Anies dan bebas dari KPK. KPK sudah tidak ada giginya, bukan karena UU KPK yang dibuat oleh Jokowi, tapi tidak ada gigi karena sudah kena siram air keras dan dipolitisasi.