Novel Baswedan menyebut bahwa wacana pemecatan dirinya karena gagal ikut tes anti kadrun membuat dia dan KPK semakin dihancurkan dan dilemahkan, oleh pimpinan. Padahal kita tahu tes tersebut adalah tes yang wajib dikerjakan oleh setiap orang untuk menjadi aparatur sipil negara.
KPK adalah bagian dari negara. Dibayar oleh APBN, maka status pegawainya adalah ASN. Jangan banyak bacot kalau nggak suka. Keluar saja kalau nggak suka. Novel dan Firli itu selevel, meski secara struktur, lebih tinggi Firli. Tapi Novel ini memegang visi “yang tak kelihatan”. Visi membela Anies.
Kalau lembaga antikorupsi saja bisa menjadi lembaga yang di mana radikalisme bercokol, sangat bahaya tentunya. Karena nanti orang-orang pandangan para politikus radikal, bisa dibiarkan meski melakukan korupsi. Contohnya adalah dugaan korupsi terbesar sepanjang sejarah yakni korupsi di DKI Jakarta.
Kenapa sampai sekarang, Anies tidak diproses hukum dan tersangka direktur utama Sarana Jaya juga masih hanya ditetapkan statusnya bukan ditangkap? Ini jelas menjadi pertanyaan kita dan kita boleh dengan bebas menduga bahwa memang ada orang-orang KPK yang bercokol di dalamnya ternyata radikalis.
Apa yang salah di KPK? Kenapa 75 radikalis harus dibuang karena gagal tes? Denny Siregar membongkar jeroan KPK Republik Indonesia. Dia mengatakan bahwa didalam KPK ada satu lembaga tidak resmi yang kuat sekali pengaruhnya dan sangat radikal.
Namanya wadah pegawai KPK alias WP KPK. Wadah yang merupakan semacam perkumpulan orang-orang KPK di dalamnya. Udah KPK ini dibuat oleh Abdullah Hehamahua yang dulu menjadi penasehat KPK. Jadi kita sama-sama tahu siapa orang ini, lalu WP KPK ini pernah dipimpin oleh Novel!
Memang ternyata opini publik yang digiring oleh wadah pegawai KPK dengan jargon-jargon pahlawan arti korupsinya masih kental sekali saat itu. Tapi ternyata paham Taliban di dalam wadah pegawai KPK hasil didikan Abdullah Hehamahua ini ini sangat mengerikan karena tujuannya adalah menuju negara khilafah.
Cara menjadi bagian dari negara adalah KPK dan seluruh pegawainya harus menjadi aparatur sipil negara. Syaratnya adalah ikut tes wawasan kebangsaan yang dilakukan dan dibuat oleh TNI. Akhirnya internal KPK guncang termasuk wadah pegawai KPK nya dan mereka ketahuan kalau mereka adalah radikalis.
Buktinya jelas yaitu 75 orang gagal lulus tes KPK dengan pertanyaan-pertanyaan jebakan seperti keberadaan FP, HTI, dan Rizieq. Termasuk Novel Baswedan yang matanya ditetesi oleh air keras. Mereka berontak karena mereka pasti gagal. Pertanyaan yang lumrah. Karena mereka adalah simbol radikalisme.
Mereka ingin wadah pegawai KPK tetap eksis untuk mengusung negara format lain di NKRI ini. Kenapa KPK harus kembali ke NKRI tercinta? Karena KPK ini selama ini sudah menjadi asing bagi negara ini. Makanya nggak heran wadah pegawai KPK ini begitu keras dalam menolak sistem pelatihan dan tes wawasan kebangsaan.
Karena menurut mereka agama mereka jauh lebih penting dan membela Anies Baswedan juga lebih penting daripada menangkap koruptor secara adil. Semoga saja dari hal ini kita melihat bahwa apa yang menjadi urgensi KPK kembali ke NKRI yang tercinta ini adalah hal yang mutlak.