Ternyata dedikasi KPK sebagai lembaga anti rasuah memang patut dipertanyakan. Isu pemerasan koruptor oleh KPK tak hanya rumor belaka, namun nyata terjadi di lapangan. Bahkan oknum yang bersangkutan telah ditahan di propam Polri. Menanggapi hal ini, Neta S Pane menyebut kelakuan mereka tak ubahnya seperti koruptor itu sendiri. Makanya lembaga ini memang layak dibubarkan.
Jangan sampai hal ini lantas dibelokkan kembali seolah mereka yang menentang KPK adalah pro koruptor. Karena beberapa oknum di tubuh KPK juga tak ubahnya dengan koruptor itu sendiri. Sebelum ramai pencurian emas batangan, sudah ada rumor mereka memang sering memeras para tersangka korupsi.
Mereka juga disebut membayar media tempo dan ICW untuk memuluskan niat busuknya. Semua ini digawangi unit penyidikan dimana Novel bercokol kuat. Kini rumor lama tersebut malah ditegaskan dengan bukti pemerasan oleh penyidik KPK yang diungkap IPW.
Seperti yang ramai diberitakan, seorang oknum penyidik KPK yaitu AKP SR memeras Wali Kota Tanjungbalai, Syahrial sebesar Rp 1,5 miliar. Polisi dan KPK kemudian menangkap AKP SR pada Selasa 20 April lalu. Saat ini AKP SR ditahan di propam Polri.
Maka dari itu, IPW meminta KPK untuk memperlakukan sang oknum layaknya koruptor yakni dengan memasangkan rompi berwarna oranye serta dipajang di depan media massa.
“IPW mendesak KPK segera memakaikannya rompi oranye dan digelar di depan media massa. Jangan sampai AKP SR hanya dikenakan sidang etik dan kembali aktif menjadi polisi. Padahal kejahatan yang diduga dilakukannya telah menghancurkan kepercayaan publik pada KPK dan lebih bejat dari koruptor itu sendiri,” kata Neta S Pane dalam keterangan tertulis dikutip Kamis 22 April 2021.
Neta menambahkan hal ini bertujuan untuk memberikan efek jera bagi penyidik lainnya. Karena jika sanksi yang diberikan hanya berupa pemecatan maka sama sekali tidak memberikan efek jera sehingga ada kemungkinan kejadian yang sama akan kembali terulang di kemudian hari.
“Jika sudah begini buat apa lagi ada KPK di negeri ini? Bukankah KPK dibubarkan saja karena tidak bisa menjaga marwahnya. Sebab itu biar ada efek jera, AKP SR harus dikenakan rompi oranye serta dipajang di depan media, seperti koruptor lainnya. Jika KPK tidak berani melakukan tindakan tegas, bukan mustahil kejahatan serupa dari internal KPK akan berulang,” sambung Neta.
Tindakan oknum yang mencoreng nama baik KPK bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya juga pernah ada pada Januari 2020 lalu, saat personil KPK berinisial IGAS mencuri barang bukti, berupa emas seberat 1,9 kg yang berujung sanksi pemecatan.
Sementara itu, KPK sendiri menegaskan tidak akan melindungi oknum penyidiknya. “Kami memastikan memegang prinsip zero tolerance,” tegas Ketua KPK Firli Bahuri melalui keterangan tertulis, Rabu, 21 April 2021.
Sejauh ini kita memang sering disuguhi berita mengenai Firli Bahuri yang mengatakan akan tegas ke bawahan. Meski kenyataannya seperti kasus pegawai yang tak lolos tes kebangsaan, tak ada tindakan tegas dari Firli hingga saat ini. Sungguh sangat disayangkan, orang yang kita dukung sebagai pimpinan KPK yang dulu ditentang gerombolan Novel harus takluk di hadapan Novel pasca masuk KPK.
Mungkin Firli Bahuri takut kalau KPK akhirnya dibubarkan dan tamatlah karirnya. Padahal selama ini yang membuat KPK begitu kuat adalah karena adanya geng Novel yang kerap memainkan isu playing victim. Tapi, kembali lagi setelah beberapa tahun ini kita tahu nyali Firli Bahuri jauh dibanding nyali Gibran yang cuma berasal dari sipil.
Dia tak pernah takut memecat bawahannya meski jauh lebih senior. Beda jauh dengan Firli yang meski pangkatnya jenderal, tapi gemetaran di hadapan Novel. Dengan pertimbangan ini, memang sudah selayaknya masa depan KPK dikaji ulang. Semoga saja setelah gerombolan radikal bubar, KPK bisa ikut dibubarkan.