Kali ini seputar kasus data swab Rizieq yang melibatkan RS UMMI. Menantu Rizieq, Hanif Alatas dan Dirut RS UMMI, dr Andi Tatat, juga turut menjadi terdakwa. Karena persekongkolan ini, Rizieq dan Hanif ditahan, dan Andi Tatat tidak ditahan karena dinilai masih diperlukan untuk penanganan Covid-19.
Karena ditahan dalam masa lebaran, Hanif kemudian mengajukan surat permohonan izin keluar tahanan kepada majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Dia berharap bisa keluar tahanan sehari saat lebaran. Permohonan tersebut diajukan secara tertulis oleh kuasa hukum Habib Hanif.
“Ini Yang Mulia surat (permohonan) penangguhan kami. Kalau berkenan paling tidak hari H Idul Fitri supaya terdakwa bisa ditangguhkan,” kata kuasa hukumnya.
Majelis hakim menyatakan sudah bermusyawarah dengan pihak jaksa dan kepolisian. Hasilnya, pihaknya tidak bisa memberikan izin kepada Hanif untuk keluar tahanan.
“Terkait permohonan izin untuk terdakwa Hanif di perkara ini agar diizinkan 1 hari keluar tahanan untuk dalam rangka hari raya Idul Fitri. Majelis hakim berkomunikasi dengan penuntut umum dan pihak kepolisian secara teknis sulit sekali dilakukan untuk pengamannya,” kata hakim.
Komentar dari saya adalah, wah, ini orang benar-benar hebat dan berani. Terdakwa dan sedang ditahan, tapi berani minta kompensasi agar dilepaskan supaya bisa merayakan lebaran. Ini namanya tahanan rasa orang penting. Terdakwa tapi merasa seperti VVIP kelas kakap. Benar-benar permintaan yang sangat keterlaluan.
Benar yang dikatakan hakim. Kalau dia dibebaskan, teknis penanganan dan pengamanannya akan merepotkan. Siapa tahu dia punya niat lain kalau ada kesempatan. Kedua, kalau dia minta dibebaskan, bagaimana kalau semua tahanan juga meminta hak yang sama? Kalau dia diberi hak seperti itu, ini namanya bakal membuat tahanan lain merasa didiskriminasi.
Permintaan seperti ini pantas saja ditolak demi kewarasan kita semua. Berbuat salah, menjadi terdakwa dan ditahan, artinya beberapa haknya terpaksa dipangkas. Salah satunya tidak bisa seenaknya keluar masuk tahanan. Memangnya tahanan itu kayak mall bisa bebas keluar masuk sesuka hati?
Aneh banget ini orang. Gak mertua, gak menantu sifatnya kok mirip banget. Memangnya dia ini gak mikir, dia ini statusnya apa? Sekarang jadi tahanan. Orang yang melanggar hukum. Kayaknya orang ini perlu disemprot biar sadar.
Melanggar aturan, minta dibenarkan dan dimaklumi. Bersalah, minta dibebaskan. Ditahan, minta ditangguhkan penahanannya. Kalau dikabulkan semua tuntutan mereka, seberapa banyak yang juga akan minta dikabulkan tuntutannya?
Makanya kalau tidak senang ditahan, jangan banyak tingkah dan melanggar aturan seenak jidat. Apalagi sampai melakukan pengibulan yang berpotensi merugikan orang lain. Kalau tidak mau menderita, jangan melakukan sesuatu yang bisa mengakibatkan penderitaan. Simple as that.
Kelompok ini selalu banyak tingkah dan banyak tuntutan. Maunya diperlakukan istimewa dan harus berada di atas orang lain, padahal kalau melihat dari sisi perilaku dan akhlak, mereka ini levelnya sangat rendah dan lebih buruk dari sebagian orang yang mereka anggap rendah.
Saya yakin para penegak hukum mengelus dada menghadapi mereka. Mungkin maunya libas di tempat kalau tidak ada cerita HAM. Hakim dan jaksa pun mungkin sudah capek melihat kelakuan mereka yang di luar batas. Mereka melakukan kesalahan, tapi orang yang bersalah, hahaha. Mereka paling benar, mungkin merasa paling alim dan suci karena berjubah agama dan merasa mewakili Tuhan. Mungkin mereka merasa sudah jadi agen utama penyalur kavling surga sehingga bisa seenaknya mempermainkan dan melangkahi hukum.
Ini tidak boleh dibiarkan karena ini akan menjadi preseden buruk ke depan di mana banyak orang merasa bisa melawan hukum dan tidak takut akan konsekuensinya. Kalau tidak ditindak tegas dari awal, mereka bisa menjadi pionir atau perintis gerakan seenak jidat menantang hukum dan pemerintah.
Maka dari itu, jangan pernah sekali pun mengabulkan permintaan mereka kalau memang tidak bisa. Jangan biarkan mereka berpikir bahwa mereka bisa seenaknya membuat permintaan. Tidak ada ceritanya orang yang bikin ulah, berhak membuat permintaan konyol. Kalau salah gentleman sedikit. Jangan jadi pengecut yang mau seenaknya sendiri.