Demo bertajuk Jokowi End Game gatot alias gagal total. Demokrat yang disebut-sebut sebagai dalang pun gigit jari, pasalnya amunisi logistik sudah cair, tapi dibawa kabur koordinator lapangan. Gerakan demo terbaca aparat yang setiap waktu siap siaga menjaga NKRI. Kini Demokrat sibuk membersihkan namanya, tapi sayang Andi Arief malah memperkeruh dengan pernyataan, Pepo bisa menggerakan rakyat ke jalan. Nah, semakin jelas bukan siapa dalang demo yang layu sebelum berkembang?
Demokrat gagal, buka berarti partai nyinyir lain tidak estafet meneruskan aksi pendemoan yang akan mengganggu Presiden Jokowi dan tim kerja untuk menanggulangi pandemi. PPKM Darurat berhasil, sedikit demi sedikit ada perkembangan menuju kebaikan, tetapi para politisi dan partai busuk tak senang.
Kali ini, setelah gagalnya Demokrat, PKS mengambil alih. Ketua Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal, mengambil alih tongkat estafet kerusuhan. Dia memang pakarnya dalam melakukan ancaman gerakan dengan alasan membela buruh. Pada 5 Agustus nanti, puluhan ribu buruh dari seribu pabrik yang beroperasi di 24 Provinsi akan melakukan aksi demo untuk menuntut keseriusan Pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Demo dilakukan secara langsung dan virtual di masing-masing pabrik.
Juga akan menuntut Pemerintah menjamin tidak adanya Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK. Kemudian, membatalkan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Selanjutnya, buruh menuntut pemberlakuan upah minimum standar kota bagi perusahaan-perusahaan yang mampu.
Menurut Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB), Rudi S. Kamri, apa yang akan didemokan oleh KSPI ini sangat bertolak belakang dengan aksi. “Demonstrasi kan kerumunan meski akan taat prokes. Ga mungkin kan, meski taat prokes. Pasti ada kerumunan. Alasan dan aksi tidak nyambung. Ini hanya akal-akalan aja. Alasannya sudah terlalu banyak PHK. Laah kalau mau mogok, pemilik pabrik ga marah, terlalu sering mogok. Ga nyambung. Pengusaha atau investor ga mau masuk Indonesia, yang rugi siapa? Buruh, yang untung, tetap Said Iqbal,” paparnya di Channel Kanal Anak Bangsa, Kamis (29/7/2021).
Alasan banyak buruh meninggal, menuntut keseriusan Pemerintah menangani pandemi. Tentunya hal tak mungkin kalau Pemerintah tak serius tangani Covid-19, tapi jika Said Iqbal akan melakukan demo, bukankah itu akan adanya kerumanan dan akan menimbulkan klaster baru? Coba bayangkan, dia yang menuntut keseriusan, tapi dia juga yang melanggar dan melakukan kerumunan. Apakah ini menandakan adanya keanehan, mungkin saja ini sebuah “pesanan”.
Siapa sih Said Iqbal? Pernah menjabat sebagai Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) periode 2011-2016. Dalam kongres SPSI ke-4 yang berlangsung pada tanggal 7-9 Februari 2017 di Jakarta lalu, Said Iqbal kembali terpilih sebagai Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) untuk periode 2017 – 2022 secara aklamasi. Dengan demikian, Said Iqbal terpilih kembali sebagai Presiden KSPI untuk kedua kalinya berturut-turut.
Said Iqbal ini pernah maju sebagai caleg PKS dari Kepulauan Riau pada tahun 2009 lalu tapi gagal. Artinya hanya simpatisan dan kader PKS saja yang mau jadi caleg PKS, bukankah begitu? Ga mungkin dia nyaleg kalau bukan seorang kader atau simpatisan. Demo kali ini apakah ada pesanan dari PKS? Bisa saja, karena melihat kehidupan Said Iqbal yang glamor, memiliki rumah miliaran rupiah, mungkin saja, pesanannya untuk memotori pasukan, apalagi dia seorang kader atau simpatisan PKS.
Kita lihat sepak terjang Said Iqbal, pada bulan Mei tahun 2014, Said Iqbal “menyerang” Jokowi yang merupakan Gubernur Jakarta saat itu dengan “memprovokasi” 100 ribu orang buruh se-Jabodetabek, 10 ribu guru dan tenaga honorer serta ratusan perwakilan mahasiswa untuk demo di pendopo Gubernur DKI Jakarta, Stadion Utama Gelora Bung Karno, dan di depan Istana Negara. Tahun lalu, Said Iqbal juga “memprovokasi” demo buruh untuk menolak UU Cipta Kerja. Dia juga memastikan demo buruh makin besar dan bergelombang. Dan sekarang, masih di tengah pandemi saat ini, Said Iqbal kembali “memprovokasi” buruh untuk melakukan demo pada tanggal 5 Agustus 2021 nanti.
Aksi demo kali ini, dimana otak Said Iqbal? Apakah dia mau bertanggung jawab jika ada buruh yang terpapar Covid-19 saat melakukan aksi tanggal 5 Agustus nanti? Apakah kalian berpikir Said Iqbal ini murni peduli kepada nasib buruh? Sudah menjadi rahasia umum, bagaimana Said Iqbal ini hidupnya sangat kaya raya, tidak sesuai dengan perjuangan hidup para buruhnya.
Seperti dikutip dari seword.com, Rabu (28/7/2021), “Presiden KSPI gajinya Rp 6 juta/bulan, pengganti ongkos makan dan transportasi. Iuran serikat buruh 1% dari per sektor per orang per bulan,” ujar Said Iqbal. Sementara, kata Said, staf yang berada di bawah KSPI berjumlah 127 orang. Mereka juga menerima bayaran tiap bulannya hingga jutaan rupiah, bahkan staf senior melebihi gaji dirinya sebagai Presiden KSPI. “Staf bayarannya sesuai UMR, kalau staf senior bisa Rp 7,8 juta/bulan. Kita tidak mungkin tidak bayar orang atau kerja cuma-cuma,” katanya.
Dia mencontohkan, pungutan kepada anggota di wilayah Surabaya melalui Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) nilainya mencapai Rp 1,7 miliar/bulan. Dari jumlah tersebut, 40% digunakan oleh organisasi dan sisanya dipakai anggota. “Iuran FSPMI Rp 1,4 miliar – Rp1,7 miliar/bulan. Dari itu, 40% diserahkan ke perangkat organisasi, 60% ke anggota pabrik,” pungkas Said.
Hmmmm, jika 40% dari Rp 1,7 miliar atau sekitar Rp 680 juta adalah “jatah” organisasi yang diurus oleh segelintir orang dan sisanya Rp 1,02 miliar dibagi untuk anggota buruh pabrik yang jumlahnya ratusan atau ribuan orang? Itu untuk wilayah Surabaya, bagaimana dengan wilayah yang lain?
Itu belum termasuk dari dana pendonor, sponsor jika ada kegiatan pesanan, akhirnya dapat dilihat secara nyata bahwa niatnya tetap lagu lama. Said tentu sadar, kalau untuk kepentingan kaum buruh dan tidak ditunggangi, harusnya melakukan negosiasi dengan pengusaha dengan santun, jangan buruh merasa paling penting di dunia industri ini, kalau diganti mesin bagaimana? Sayangnya, bisa jadi demo pun sebuah pesanan dan kepentingan dan melakukan negosiasi bukan gaya Said. Saat pandemi, pakailah sedikit otak dan hati nuranimu!!! Jangan mengatasnamakan buruh tapi untuk kepentingan pribadi.