
Anies Baswedan menjadikan DKI Jakarta dicap sebagai Kota terhancur dan parah sedunia. Aksi-aski gubenurnya menjadi kan Jakarta ini hancur. Penanganan wabah dengan cara membangun tugu peti mati. Lalu ketika Ahok menggunakan dana corporate social responsibility untuk membangun Simpang susun Semanggi, si Anies Baswedan gubernur terbodoh versi Google ini menghancurkan Monas dengan APBD.
Ketika seluruh kelebihan bayar ini dilakukan dari formula sampai dengan pemakaman jenazah, dia masih asik-asikan bikin gaduh. Lakukan pencitraan murahan yang busuk dan bikin orang jadi muak pengen muntah
Jakarta masuk dalam kota terburuk di dunia itu bukan hal yang mengagetkan. Itu pencapaian yang memang pantas didapatkan dan justru aneh bila tidak terjadi. Karena gubernur dungu ini melakukan kampanyenya juga dengan cara yang paling kotor.
Dia menggunakan politisi suku agama ras dan antargolongan. Diamkan oleh Chaplin berkumis, ratusan rumah ibadat di Jakarta melakukan kampanye penghancuran karakter Ahok. Sedangkan Anies yang karakternya hancur dianggap seiman dan wajib dipilih.
Sesuatu yang dimulai dengan kesalahan, akan berakhir dengan kecelakaan. Selama ini mungkin DKI Jakarta, tidak ada pencapaian yang baik dikerjakan olehnya. Semua tindakan yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya sendiri.
Di era Ahok, pintu balai Kota terbuka dengan lebar menerima masukan dari para warganya. Ahok menerima keluhan keluhan warganya yang mengalami kesulitan dan juga meminta sekadar bantuan. Namun di era manusia terbodoh versi Google ini, balai kota ditutup.
Gubernur dan wakil gubernur nya pun sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi terhadap kehancuran yang memang diakibatkan bukan karena hal-hal yang buruk namun karena pribadi yang buruk. Anies Baswedan menjadi sampah masyarakat.
Hal ini membuktikan kepada dunia bahwa pemimpin yang dipilih karena isu SARA, pasti akan dihancurkan dengan segala cara. Tidak berlebihan melihat bahwa manusia ini yang dicap sebagai manusia terbodoh versi Google mendapatkan sebuah raport bukan lagi merah, tapi bau.
Apakah Anies sadar?
Dia tidak akan sadar karena dirinya hidup di dunianya sendiri seperti rizieq. Memiliki dunianya sendiri yang dia sembunyi di dalamnya dan merasa nyaman. Inilah yang menjadi sebuah kehancuran bagi Jakarta ketika dipimpin oleh pemimpin yang egois.
Semua hal dilakukan untuk menghancurkan kota Jakarta. Dan pada akhirnya di kota ini dicap sebagai kota yang membusuk dan juga bau. Penanganan rakyat terbengkalai. Fokus hanya mengeruk uang rakyat dengan metode metode dan alibi-alibi kelebihan bayar.
Padahal kelebihan bayar itu bisa dianggap sebagai korupsi. Kenapa sampai saat ini KPK diam saja? Saya juga masih ada pengaruh novel Baswedan dan Febri Diansyah di dalamnya untuk menggeser fokus KPK dari Anies kepada hal-hal yang lain.
Apalagi sudah sejak bulan Juli ketua KPK memberikan sinyal bahwa suatu saat dia akan memanggil Anies Baswedan untuk mempertanggungjawabkan segala hal korupsi yang terjadi di ibu kota. Tapi kenapa sampai sekarang belum ada? Mungkin ada kerjasama ya? Saling menutupi.
Akhirnya kebusukan Anies yang disimpan dengan begitu rapi terbongkar juga. Dia bisa saja memberikan pencitraan bahwa Jakarta ini sudah baik. Padahal semua itu ditutupi. Semua yang terlihat hanya kosmetik. Buat apa punya kosmetik mahal jika dalamnya busuk?