Sebelumnya, Andi Arief membuat percakapan imajiner Yusril Ihza Mahendra dengan majelis hakim MA. Dalam percakapan imajiner itu, Yusril mengaku lupa bahwa Demokrat memberikan dukungan kepada putranya, Yuri Kemal, di Pilkada Belitung Timur 2020.
Ini terkait dengan Yusril yang diketahui menjadi kuasa hukum empat mantan kader Partai Demokrat kubu Moeldoko. Yusril mendampingi mereka yang menggugat AD/ART Partai Demokrat ke MA
Percakapan imajiner yang dibuat oleh Andi Arief sebenarnya mirip dengan cuitan imajiner sebelum-sebelumnya. Pernah juga menyindir presiden. Namanya aja suka mengkhayal yang aneh-aneh. Bukan Andi Arief namanya kalau tidak ceplas ceplos sembarangan. Bukan kader Demokrat namanya kalau tidak bisa nyinyir overdosis.
Yusril membalas balik Andi Arief, dengan mengungkit jasa Partai Bulan Bintang (PBB) kepada Pepo di Pilpres 2004.
Ini menarik karena saya juga baru tahu ini pertama kalinya.
Ini berawal dari Andi Arief yang menyebut Yusril mengakui keabsahan AD/ART Demokrat yang ditetapkan dalam kongres Maret 2020, tapi Yusril sekarang menjadi pengacara empat mantan kader PD untuk mengajukan judicial review ke MA terhadap AD/ART Demokrat.
Lalu Yusril mengungkit jasa PBB untuk Pepo pada Pilpres 2004. Jasa PBB untuk Pepo pada Pilpres 2004 sangat krusial saat itu
Yusril menampar telak Andi Arief yang lupa pada fakta dan sejarah. Pepo tidak akan pernah jadi presiden kalau PBB tidak mencalonkan. “Andi Arief terlalu banyak berimajinasi sehingga lupa pada fakta, sejarah yang sesungguhnya terjadi. Pepo jadi calon presiden itu hanya dicalonkan oleh dua partai, PD dan PBB. Kalau PBB tidak calonkan, tidak akan pernah Pepo jadi presiden,” katanya.
Kalau ini mah, skakmat. Andi Arief yang tukang imajinasi pun bakal diam seribu bahasa dan tak bisa komentar. Kebanyakan halusinasi (gara-gara apa ya?). Tak pernah ngaca. Merasa partainya sudah paling berjasa, padahal ada yang jauh lebih berjasa lagi. Justru kalau mau dibilang, terpilihnya mantan prihatin itu adalah sebuah kesalahan. Kalau tidak ada dia, tidak akan ada istilah mangkrak tersemat kepadanya dan partainya.
Seperti yang saya katakan, saya baru tahu fakta sejarah ini. Begitu tahu fakta ini, jadi bertanya-tanya, apakah Andi Arief terutama Partai Demokrat masih punya urat malu? Ah, mereka ini urat malunya tak pernah putus. Sombongnya bukan main. Beberapa kadernya angkuh dan tidak layak dicontoh.
Makanya jadi orang harus profesional dan sadar diri sebelum menyerang orang lain. Andi Arief ini adalah salah satu orang yang entah kenapa bisa jadi kader partai, posisinya lumayan pula. Sebegitu parahnyakah Demokrat sehingga memiliki kader tak bermutu seperti dia?