Direktur Eksekutif Center for Youth and Population Research (CYPR) Dedek Prayudi menagih janji kampanye Anies.
Seperti yang pembaca ketahui, Anies pernah disebut sebagai pembohong. Dan menurut orang ini, ucapan pembohong bagi Anies memang sudah tepat dijatuhkan kepadanya.
Dia menanggapi soal event Formula E yang tercium dengan dugaan korupsi di Pemprov DKI Jakarta
Orang ini menyebut ada 3 hal yang membuat Anies dianggap melanggar janji atau berbohong.
Dia mengatakan salah satu janji kampanye Anies adalah melakukan program berdasarkan RPJMD. Sedangkan Formula E tidak ada di RPJMD. Formula E seharusnya batal digelar sehingga anggarannya bisa dialihkan ke penanganan Covid-19.
Selanjutnya adalah janji Anies terkait menampung aspirasi warga dalam setiap program di jakarta. “Nah, saya juga tanya aspirasi warga mana ini yang pengin Formula E berlangsung, padahal anggarannya bisa digunakan untuk lain hal yang lebih penting di Jakarta,” katanya.
Selanjutnya, dia mengungkit soal janji transparansi yang selalu digaungkan Anies. Tapi kenyataannya, Formula E menunjukkan Anies sudah terlihat tidak transparan dalam menguak anggaran. Buktinya, ketika diminta interpelasi, Anies terkesan melakukan manuver politik.
Transparansi Anies agak berbeda dari pemikiran kebanyakan orang. Mungkin transparan yang dia maksud adalah transparan dalam memamerkan prestasi meskipun bukan jasa dia sekali pun. Tidak ada prestasi yang meleset diumumkan kepada masyarakat. Kalau transparansi soal Formula E, jangan terlalu berharap, nanti bisa sakit hati dan kecewa.
Dari awal saja sudah jelas bedanya. Ambil contoh Balai Kota yang dulunya terbuka bagi warga, sekarang sudah tertutup.
Sebenarnya bukan cuma tiga sih. Ada beberapa lagi kalau tidak mau disebut banyak. Salah satunya adalah rumah DP nol rupiah yang sangat tragis nasibnya. Target yang semula sangat tinggi, dipangkas hingga 90 persen. Ini benar-benar mengenaskan Dan itu pun targetnya belum tentu bisa tercapai.
Belum lagi kita bicara soal naturalisasi sungai yang dianggap sebagai biang kerok lambannya normalisasi sungai yang baru jalan setengahnya di era gubernur sebelumnya. Rasanya tidak ada kabar terbaru mengenai naturalisasi sungai. Mungkin saja sudah dilupakan sama sekali.
Artinya, Anies tidak sanggup tepati janji capai target, meskipun kita sedari awal sudah menebak Anies tidak akan bisa menepati janji tersebut karena memang terlalu muluk. Hanya saja mungkin Anies paham kalau sebagian warga masih suka yang muluk-muluk dan mau-maunya dibuai dengan janji murahan seperti itu.
Semoga ini jadi pelajaran, terutama kepada JKT58 yang bangga telah memilih Anies atau pun menyesal hebat karena jadi korban janji manis, atau pun yang begitu lugunya memilihnya karena alasan agama. Yang dirugikan selalu masyarakat kecil dan yang bisa dibuai. Diperalat, diberi janji dan harapan terang, yang ternyata tidak seindah drama Korea.