Setelah lolos dari hadangan “badai”, Rocky Gerung mulai memperlihatkan eksistensinya lagi. Tak jauhlah dari kesibukan yang tampaknya sudah dia nikmati betul, yakni pemerintah atau menyasar Jokowi.
Sebagaimana kita ketahui, belum lama ini Gerung terantuk pada sebuah masalah yang pasti membuat dirinya frustrasi dan ketar-ketir menanggung malu. Rumahnya yang luas dan asri di Babakan Madang Bogor, siap dilindas dan diratakan oleh buldozer perusahaan pengembang pemilik sah lahan itu.
Namun akhirnya nasib baik berpihak kepada Rocky Gerung. Tidak ada lagi terdengar ancaman penggusuran ini. Konon karena banyak pihak menyarankan agar Rocky dan perusahaan pengembang berdamai sajalah.
Sepertinya inilah yang terjadi. Apalagi jika kita mengetahui latar belakang perusahaan pengembang itu yang masih berbau Cendana, secara logika pasti bersedia berbaikan dengan Rocky. Toh kedua belah pihak sama-sama punya “masalah” dengan pemerintah Jokowi.
Saat ini Cendana sedang diburu untuk melunasi hutang mereka kepada negara. Dana BLBI yang nyangkut di keluarga ini saja, diperkirakan triliunan rupiah. Getolnya pemerintah Jokowi memburu aset negara ini, pastilah mengganggu ketenangan dan ketenteraman keluarga Cendana yang mungkin menduga bahwa masalah ini sudah “selesai”.
Namun nyatanya kan tidak seperti itu. Pemerintah Jokowi telah membentuk atau mengaktifkan lagi Satgas BLBI untuk memulangkan uang negara yang jumlah keseluruhannya Rp 100 triliun lebih. Sementara pihak Cendana sendiri diperkirakan mengantongi beberapa triliun rupiah.
Kita harus mengakui bahwa Jokowi itu seorang presiden super, yang tidak hanya ingin menikmati kehormatan dan kemuliaan sebagai presiden sebuah negara besar dan kaya seperti Indonesia kita ini. Dia type petarung yang ingin meluruskan dan membenahi hal-hal yang menyimpang.
Radikalisme yang bercokol selama belasan tahun, akibat dibiarkan rezim sebelumnya, sedikit demi sedikit dikikis oleh Jokowi. Ormas-ormas yang jelas-jelas ingin merusak ideologi negara, dibabat tanpa ampun. HTI dan FPI dilarang, dan dijadikan sebagai ormas terlarang, sama dengan PKI.
Selanjutnya para pengemplang uang negara (BLBI) dipaksa untuk melunasi hutang-hutang mereka. Lalu KPK yang semakin diperkuat dengan UU revisi pun pasti membuat para koruptor ketakutan, dan berharap agar pemerintah Jokowi ini kolaps dan tamat, sebab hanya menghadirkan mimpi buruk bagi mereka.
Maka tidak sulit menebak siapa sebenarnya dalang di balik aksi-aksi yang sifatnya ingin merongrong pemerintah. Mereka-mereka itu tak jauhlah dari kelompok radikal, konglomerat hitam yang memiliki kewajiban pada negara, politikus dan sanak keluarganya yang terancam kehormatannya, dan lain-lain.
Dan kesemua pihak ini, pasti menginginkan pemerintah yang mereka anggap sebagai musuh itu hancur dan jatuh. Berbagai cara sudah mereka coba, seperti menyoal beberapa UU dan kebijakan pemerintah. Demo menolak UU KPK, dan UU Omnibus Law hanya beberapa contoh bagaimana musuh-musuh pemerintah itu berusaha mencoba peruntungan. Namun sejauh itu bisa dihadang oleh pemerintah.
Oknum pimpinan mahasiswa, mungkin saja telah dibeli untuk dijadikan tameng dan sekaligus senjata mengganggu pemerintah. Indikasinya jelas, sebab selama ini kita sudah curiga dan tidak paham apa yang sedang dilakukan oleh para mahasiswa ini lewat aksi demo yang tampak rutin akhir-akhir ini.
Narasi yang mereka gulirkan adalah menurunkan Jokowi. Padahal semua orang tahu bahwa pemerintah ini terbilang sukses dan mendapat dukungan yang cukup besar dari rakyat. Alasan-alasan yang mereka kemukakan dalam tuntutan itu pun sangat sumir dan tidak wajar. Dikit-dikit, demo tuntut presiden mundur.
Aparat semestinya tidak membiarkan aksi-aksi bodoh ini berlangsung, sebab ini akan menjadi preseden buruk. Setiap pemerintah yang tidak disukai oleh segelintir oknum bisa saja memanfaatkan mahasiswa untuk berdemo menurunkan pemerintah.
Fenomena seperti ini tidak sehat, harus ditindak tegas. Memangnya bisa apa sekelompok mahasiswa yang tak tahu apa-apa, dibanding pemerintah yang bekerja keras untuk kemajuan bangsa dan negara?
Kemudian oknum-oknum gagal, yang kebanyakan menyandang status sebagai mantan menteri, mantan komisaris BUMN, diduga banyak yang dimanfaatkan oleh musuh-musuh negara seperti disebut di atas itu. Dendam membara para mantan yang tidak bermanfaat itu, dikelola sedemikian cergas oleh musuh-musuh pemerintah tersebut.
Indikasinya, oknum-oknum tersebut rajin dan rutin menyebar hoaks atau statemen dungu supaya nama baik pemerintah jatuh di mata rakyat. Tujuan mereka adalah menjatuhkan pemerintah, sesuai keinginan musuh-musuh pemerintah tersebut.
Rocky Gerung dikenal sebagai sosok yang tetap “konsisten” berlaku oposan terhadap Jokowi dan pemerintahannya. Itu semenjak pilpres yang menghadapkan Jokowi dengan Prabowo. Rocky menempatkan dirinya di barisan Prabowo. Mungkin dia sadar bahwa peluangnya menjadi menteri ada bersama Prabowo. Sementara Jokowi sendiri ogah mengangkat “kaleng-kaleng”, hanya untuk kemudian dipecat lagi.
Tidak menutup kemungkinan pula jika Rocky dimanfaatkan pula oleh oposan untuk mengusik kedudukan Jokowi. Sebab apa sih manfaatnya bagi Rocky bermusuhan dengan Jokowi? Kenal saja tidak, kok menaruh dendam atau benci? Mau membela rakyat? Tapi rakyat yang mana? Statemen atau tuduhan yang dia lontarkan juga tak bernas.
Hingga dia rehat sejenak karena rumahnya terancam digusur developer. Namun demi mengetahui bahwa pengembang itu adalah klan Cendana, kita pun yakin bahwa semua akan baik-baik saja buat Rocky. Sebab kedua belah pihak punya “kepentingan” yang sama atas pemerintah: sama-sama ingin melihat Jokowi jatuh.
Pihak otoritas setempat menganjurkan agar kedua belah pihak menempuh jalan damai saja. Mungkin perdamaian itu sudah terjadi sehingga belakangan Rocky kembali bisa beraktivitas? Dan tidak tertutup kemungkinan jika “gonggongan” yang semakin tinggi frekwensinya ini, merupakan “deal” dengan pengembang yang berbau Cendana itu?
Belum lama ini Rocky kembali menyerang pemerintah secara membabi buta, termasuk menyalahkan Jokowi atas reaksi yang timbul setelah Sukmawati Soekarnoputri memeluk agama Hindu. Singkatnya semua hal diarahkan untuk menjatuhkan Jokowi. Apakah ini bagian dari deal dengan pengembang? Hanya mereka yang tahu.
Tapi apapun itu, stigma sebagai orang dungu tidak bisa lagi lepas, karena kasus jual-beli lahan rumah yang menggelikan itu.