Partai Demokrat saat ini sedang bergejolak. Pada Selasa (4/1) kemarin, terjadi insiden pembakaran bendera dan atribut dengan lokasi kantor DPD Partai Demorat yang ada di NTT.
Aksi ini ditengarai sebagai luapan kekecewaan setelah AHY selaku Ketua Umum Partai Demokrat yang lebih memilih Leonardus Lela sebagai Ketua DPD Demokrat NTT menggantikan Jefri Riwu Kore.
Tindakan itu sepertinya akan berbuntut panjang karena sebagai eks Ketua DPD sosok Jefri ini tidak bisa dianggap enteng oleh Partai Demokrat, dengan potensi hengkangnya para kader andalan partai berlambang mercy itu, yang bisa menggembosi suara Demokrat pada Pileg 2024 nanti, khususnya di NTT.
“Kita semua tahu, bahwa pada Musda itu Jefri Riwu Kore lah yang seharusnya menang, saya sebagai ketua Panitia Musda, saya yang berproses dari awal dengan DPP. Terkait keabsahan dukungan DPC-DPC saya tahu betul prosesnya harus Jeriko yang menang mutlak tapi sudah disimpangi,” kata ketua panitia Musda Demokrat NTT, Stef Mira Mangi.
Lebih baik sekalian saja eksodus seluruh anggota dari tingkat DPD hingga DPC yang ada di bawah komando Jefri Riwu Kore sewaktu masih menjadi Ketua DPD. Meskipun rasanya agak mustahil jika mengingat “kultur” Partai Demokrat yang biasanya seperti manguk saja terhadap keputusan elit partainya.
Ini bisa menjadi bukti bahwa para kader di luar barisan dari Jefri Riwu Kore akan berani bersikap tegas dan melawan keputusan Agus, karena bukan rahasia lagi jika pemilihan Agus sendiri sebagai Ketum tidak lebih dari peran Pepo. Kalau sudah begitu, mekanisme pemilihan Ketua Umum yang menyerap aspirasi dari tingkat DPC dan DPD biasanya diabaikan …. karena mau tidak mau, harus “putera mahkota Cikeas” yang terpilih meneruskan tongkat kepemimpinan dari Pepo SBY. Nggak setuju sih boleh saja, tapi kudu angkat kaki dari Partai Demokrat.
Kita tunggu saja apa cara yang akan dilakukan Agus sebagai Ketum untuk membereskan persoalan ini. Dibakarnya atribut partai tentu bukan perkara sepele karena sudah menunjukkan tiadanya kebanggaan terhadap partainya.
Apakah jurus atau strategi “didzolimi” akan kembali dipakai? Atau mungkin … menimpakan kesalahan pada kader partai yang dianggap melakukan perlawanan atau pemberontakan sehingga pantas buat dicoret dan ditendang selamanya dari Partai Demokrat?
Karena kita tahu Agus memang tipe orang yang diktator dalam memimpin, dan penuh dengan kemunafikan.