Formula E hanya menyisakan 5 bulan lagi, tetapi persiapan masih belum terlihat jelas. Terlebih sirkuitnya sendiri. Venue lain tampak jelas bentuk dan layout sirkuitnya, sedangkan yang di Jakarta masih belum ada. Katanya sih bisa dikejar dan siap pada waktunya.
Tapi melihat kondisi lapangan di mana lokasinya adalah tempat pembuangan lumpur yang tanahnya lunak, banyak yang ragu dengan penyelenggaraan Formula E di Jakarta.
Komisaris PT Taman Impian Jaya Ancol Geisz Chalifah, yang juga pendukung setia Anies, geram dengan kritikan dari netizen soal persiapan formula E.
Melalui cuitan di media sosial twitter pribadinya, Komisaris Ancol ini menyebut orang-orang hanya bisa melayangkan kritikan soal Formula E sebagai kaum otak sedikit.
“Kaum Otak Dikit sebelumnya nyinyir JKT tak ada dlm agenda Formula E, lalu ada pengumuman dari London. Lalu nyinyir soal biaya ternyata jauh lebih murah. Kemudian nyinyir soal tempatnya dimana. Lalu diumumkan Ancol skrg nyinyir soal persiapan yg katanya cuma tiggal 5 bln Goblok,” tulis Geisz.
Komisaris perusahaan tapi ngomongnya santun sekali yah. Kaum otak dikit? Ada kata ‘goblok’ lagi. Kirain mau kasih penjelasan, soalnya dia kan petinggi perusahaan. Tak tahunya cuma sumpah serapah dan nyinyir doang. Malu dong ah.
Bela Anies dapat apa sih? Ngapain bela sampai sebegitunya, sampai-sampai terlihat konyol. Atau jangan-jangan dia frustrasi karena memang waktu semakin mepet dan apa pun belum dikerjakan. Belum lagi soal penjualan tiket, sponsor dll. Negara lain sudah jelas sirkuit dan aspek lainnya. Sedangkan Jakarta, apa pun belum jelas.
Kalau ditanya ke saya apakah sirkuit bakal siap tepat waktu? Saya yakin bisa siap. Ada tapinya. Kemungkinan besar bakal amburadul persiapannya. Tahu sendirilah kalau kerja Anies itu gimana modelnya. Sirkuit bakal siap, Jakarta bakal gelar Formula E. Yang jadi masalah adalah apakah bakal bikin bangga atau malah malu-maluin karena persoalan-persoalan yang timbul nantinya. Apakah beneran bakal jadi atau sekadar jadi kayak sumur resapan yang banyak terima keluhan dari masyarakat.
Geisz ini tak ada bedanya dengan Musni Umar. Membela tapi caranya lucu. Yang satu komisaris, yang satunya lagi rektor universitas. Tapi cara bicara, penjelasan dan ucapannya sama sekali tidak mencerminkan jabatannya. Kalau orang awam biasa masih bisa dimaklumi ngomong begitu. Sungguh malu-maluin aja.
Yang dikhawatirkan adalah Formula E ini bukan bikin bangga, malah bikin Indonesia dipermalukan internasional dan jadi bulan-bulanan selama berminggu-minggu. Melihat track record Anies selama ini, ada rasa was-was.
Harusnya kalau memang ngotot mau selenggarakan Formula E, jauh-jauh hari bikin persiapannya. Kan, seharusnya Jakarta jadi tuan rumah tahun 2020. Saat itu terjadi pandemi, acara dibatalkan hingga dua kali. Harusnya Pemprov DKI bisa manfaatkan kelebihan waktu untuk mempersiapkan semaunya. Di saat Jakarta batal jadi tuan rumah, harusnya sirkuit sudah boleh dibangun untuk penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya.
Tapi setengah tahun menuju hari acara pun, masih belum jelas venuenya. Ancol baru-baru aja diumumkan sebagai lokasi venue dengan kondisi kosong melompong. Sirkuit MotoGP aja dikerjakan beberapa tahun dan itu pun fasilitas lainnya tidak siap 100 persen. Ini dalam waktu 5 bulan lagi, sungguh penasaran bagaimana persiapan Formula E akan selesai.
Nanti, kalau proyek ini malu-maluin karena efek kepepet apalagi gagat total, tinggal kita lihat bagaimana reaksi Geisz dan Musni Umar menyikapi ini. Mungkin saat itu, mereka bakal irit bicara dengan alasan sakit gigi, hehehe.
Tapi kita maklumi saja soalnya Formula E ini adalah harapan terakhir untuk mengangkat nama Anies. Bebannya berat. Apalagi pendukung Anies, pasti makin kencang me-marketing-kan Formula E secara all out. Dikritik sedikit, mereka bakal kesal dan lepas kendali.
Bulan Maret nanti, Indonesia akan menjadi tuan rumah MotoGP di Mandalika, Lombok. Tiket premium seharga Rp 15 juta sudah sold out semua. Kita lihat Formula E bisa menandingi sampai sejauh mana.