Pemindahan IKN baru memang banyak menimbulkan kritikan untuk para oposisi pemerintah. Kritikan yang mereka lontarkan terkesan mengada-ngada dan sebatas untuk menjatuhkan pemerintah saja.
Rizal Ramli merupakan sosok yang begitu lantang soal kritikannya terhadap IKN “Nusantara”.
Rizal Ramli mengkritik rencana pemindahan IKN dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Menurutnya, proyek tersebut hanya menghamburkan anggaran.
Dia berpendapat, tahap pertama pemindahan IKN baru memerlukan dana kurang lebih Rp 600 triliun. Menurutnya ini terlalu besar untuk menanggung proyek yang tak terlalu penting.
“Tahap pertama IKN ini kan anggarannya hampir Rp600 triliun. Nah, bayangkan itu. Jadi, itu cuma mau meroyek doang,” kata Rizal Ramli.
“Mumpung masih 2 tahun lagi, ada duit Rp600 triliun di sektor itu. Pengalaman di Indonesia, minimum 20 persen, Rp120 triliun, bahkan mark up-nya lebih kadang-kadang. Di banyak proyek pembangunan infrastruktur ini bisa 30 persen,” katanya lagi.
Rizal Ramli menduga, IKN dibangun bukan untuk masyarakat lokal, melainkan untuk warga asing yang ingin membuka usaha atau tinggal di kawasan tersebut. “Jadi mau ada manfaat atau enggak, mau ditinggali atau nggak IKN-nya, mereka tidak akan peduli. Jangan-jangan negara lain yang duduki (IKN) dengan cepat. Jadi, saya ya mohon maaf, ini proyek ngada-ngada, diadakan supaya bisa dapet proyek,” katanya.
Dengan begitu, Rizal Ramli dengan seenaknya memfitnah bahwa IKN baru akan dibangun dan dihuni oleh warga asing. Aneh…aneh saja pemikiran orang ini.
Dan yang lebih parah lagi, Rizal Ramli mengaitkan pemindahan ibukota dengan sejarah Walisongo.
Rizal Ramli menyebut, “Jakarta, Kota Batavia yang dulu direbut Sunan Gunung Jati akan hilang sejarahnya. Pindahnya Ibukota itu memutuskan hubungan sejarah dan sosiologis dengan Wali Songo, dengan sejarah Jawa secara umum,” kata Rizal Ramli
Omongan mengada-ngada dari dirinya ini malah membuka persepsi masyarakat terhadap kualitas dari Rizal Ramli yang semakin berhalusinasi.