Semua sudah tahu kalau Rizal Ramli itu ngebet banget pengen jadi presiden. Bahkan setiap kali Pilpres digelar, dia selalu mendeklarasikan diri sebagai Capres.
Coba bayangkan saja, selama 4 kali Pilpres selalu ada Rizal Ramli yang meramaikannya di bursa calon Presiden RI.
Pada Pilpres 2009 ia mendeklarasikan blok perubahan dalam rangka untuk pencapresannya tersebut. Kala itu Rizal Ramli makin Pede karena didukung oleh 14 Parpol.
Dan logikanya Capres yang didukung oleh Parpol sebanyak itu sulit untuk dikalahkan.
Tapi yang jadi masalah di sini, Parpol yang mendukungnya itu menang jumlah saja. Aslinya merupakan partai gurem alias tidak jelas semua. Hingga akhirnya Rizal Ramli gagal nyapres.
Tidak putus asa, setahun sebelum Pilpres 2014 digelar, Rizal sudah ambil ancang-ancang duluan. Pada 2013 ia ikut konvensi rakyat bersama 7 saingannya yang juga ingin jadi presiden. Kala itu ia masuk 3 besar yang dianggap berpotensi menjadi calon presiden bersama Yusril dan Isran Noor.
Tapi menang konvensi saja tidak cukup kalau tidak didukung oleh partai. Lalu gagal lagi.
Pada Pilpres 2019, lagi-lagi Rizal Ramli mendeklarasikan diri sebagai Capres. Dan lagi-lagi juga tidak ada partai yang mau mendukungnya.
Nah, sebagai persiapan memasuki Pilpres 2024, Rizal juga sudah mengambil ancang-ancang.
Kali ini dia mengganti strategi dengan tidak ikut konvensi. Tapi mencari dukungan lewat Google Form.
Kasihan juga sebenarnya lihat bapak satu ini. Karena dimana-mana supaya bisa Nyapres itu harus mendapat dukungan dari Parpol. Eh dia malah salah langkah dengan cari dukungan lewat Google Form.
Dukungan itu dia bagikan lewat akun Twitter untuk para pendukungnya, entah apa yang membuat Rizal Ramli ini seakan pede sekali mencalonkan diri menjadi Presiden.
Yang jadi pertanyaan emang KPU akan terima dukungan dari dunia maya tersebut?
Jadi jelas arahnya. Kalau mau jabatan presiden ya masuk partai. Tidak ada pilihan lain.
Jadi Presiden PKS saja mesti masuk partai kok. Apalagi kalau jadi Presiden Republik Indonesia.
Kecuali kalau situ cuma mau main presiden-presidenan. Bukan kader partai juga gak apa.