Balapan Formula E hanya menyisakan 5 hari lagi. Kabarnya, sponsor global dari perusahaan internasonal ingga perusahaan lokal milik anak negeri ikut berpartisipasi. Katanya sih total nilai sponsor brand lokal mencapai Rp 100 miliar.
Diantara sponsor global tersebut, akhirnya menimbulkan polemik, terutama di kalangan pendukung Anies. Karena terdapat dua perusahaan minuman keras level internasional. Yaitu Heineken, perusahaan bir asal Belanda dan Moet and Chandon, perusahaan wine asal Perancis.
Pendukung Anies Baswedan memang unik, lebih tepatnya konyol. Sebut saja Novel Bamukmin yang mengecam keras sponsor perusahaan minuman keras tersebut. Bahkan ia mengancam dan menyerukan kepada umat muslim untuk menarik dukungannya pada Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Padahal belum tentu juga Anies nyapres, hahaha.
Beda Novel, beda lagi Slamet Ma’arif. Ia justru mengajak umat untuk patungan demi sukseskan Formula E, asal Gubernur mereka membatalkan kerjasama sponsor dengan perusahaan minuman keras tadi. Ini lebih konyol lagi, jangankan patungan, untuk makan enak saja mereka harus demo dulu. Tapi kalau misalkan bisa mengumpulkan dana dari umat, akan lebih baik digunakan untuk membangun masjid. Daripada mereka sholat di jalan dan ngaji di trotoar. Daripada minta sumbangan untuk pembangunan masjid di jalan-jalan.
Mereka yang merasa paling suci dan paling beriman di dunia ini terus mendesak Anies membatalkan sponsor itu. Yang pada akhirnya Anies menyerah. Entah karena takut kehilangan pendukung atau memang komitmen sponsor yang menghargai budaya lokal seperti yang dikatakan oleh Ahmad Sahroni selaku ketua panitia balapan.
Logo atau nama sponsor minuman keras itu akhirnya tidak akan ada di lintasan, tidak ada penjualan miras dan tidak ada selebrasi juara menggunakan wine. Logo sponsor hanya akan diganti tagline “When You Drink, Never Drive”, sebagai pesan agar kalau mabok jangan nyetir. Pada akhirnya kadrun pun mingkem, yang penting tak ada logo sponsor minuman keras itu. Toh mereka juga tidak ngerti artinya apa, mungkin kalo bahasa arab beda lagi hahaha.
Selain sponsor global, ada 7 sponsor lokal yang sudah dirilis oleh panitia. Diantara sponsor itu ada nama Arta Graha Internasional. Sebuah Bank Swasta milik pengusaha Tomy Winata. Lalu kenapa kadrun pada mingkem? Bukankah selama ini mereka selalu teriak-teriak bahwa bunga Bank itu riba, yang diharamkan agama? Apakah yang haram cuma minuman keras saja? Atau Bank swasta itu tiba-tiba berubah jadi syariah, setelah jadi sponsor ajang balapan syariah?
Entahlah, logika kadrun memang susah ditebak.
Apalagi, Arta Graha adalah milik Tomy Winata. Ia adalah salah satu pengusaha yang masuk dalam golongan 9 naga. Istilah 9 naga ekonomi Indonesia kerap terdengar di kancah perdagangan Indonesia. Istilah ini disematkan kepada orang-orang yang paling berpengaruh di perekonomian Indonesia. Sembilan orang yang dimaksud adalah konglomerat yang menguasai perusahaan-perusahaan besar.
Tommy Winata masuk dalam jajaran 9 naga ekonomi Indonesia setelah mendirikan Arta Graha Group pada 1990. Unit usahanya berada di bidang properti, keuangan, agroindustri, dan perhotelan yang menjadi sektor utama mereka. Selain itu, mereka juga bergerak di bidang pertambangan, media, hiburan, ritel, IT dan Telekomunikasi, serta lainnya.
Padahal 9 naga adalah kelompok yang sibenci oleh kaum sumbu pendek. Biasa lah, kaum bani kadal kan suka ngiri kalau ada orang lain sukses. Apalagi orang itu etnis Tionghoa, non muslim lagi. Pasti dibenci mati-matian dan disebut kafir. Seolah-olah kesuksesan mereka adalah hasil monopoli yang membuat bani kadal susah. Mereka aja yang males, makan cuma ngandaln hasil demo. Padahal etnis Tionghoa memang terkenal tekun dan rajin bekerja.
Terlebih 9 naga dituduh antek Aseng yang ingin menguasai Indonesia, khusus nya Jakarta dengan mendanai Ahok untuk jadi Gubernur DKI pada 2017 lalu. Sehingga kebencian pendukung Anies semakin menguat pada etnis tersebut.