Lucu sebetulnya, orang yang mangku ustad tapi malah makan uang donasi umat. ACT selama 17 tahun berkiprah akhirnya mulai terungkap bobrok yang sudah dibangunnya selama ini. Mungkin inilah hukum karma ya? Selama 17 tahun para petinggi ini merasa aman-aman saja mengelola uang umat dengan caranya. Sampai-sampai uang dari Lion Air pun untuk keluarga korban kecelakaan pesawat diduga diembat juga.
Mungkin kelakuan organisasi ini bisa dibilang sebagai penistaan agama yang sesungguhnya.
Ahyuddin pikir kalau dia mengaku sebagai ustad, maka semua orang akan seperti kadrun, percaya begitu saja dan tidak mempermasalahkannya.
Tetapi syukurlah, tidak semua bangsa Indonesia ini adalah kadrun, malah masih banyak yang bukan kadrun.
Jumlah kadrun sebenarnya sedikit, hanya saja suaranya paling kencang sehingga tercipta kegaduhan, belum lagi kadrun itu pede berbuat masalah. Sudah jelas-jelas berbuat dholim malah tidak mau mengaku.
Sudah jelas-jelas tidak beres mengelola uang umat, justru masih ngeyel merasa paling suci, merasa semua ke-tidak-beres-an yang dilakukannya dianggap normal-normal saja. Kadrun itu tidak mau dinilai salah meski sudah melakukan kesalahan yang terus berulang-ulang.
Kadrun itu selalu menggunakan agama atau memanfaatkan agama, agama adalah senjata kamuflase atau topeng yang dipakai untuk menutupi segala kebejatannya. Bayangkan ada predator seks yang mengelola pesantren dan mengaku ustad.
Apalagi kalau urusan fulus yang begitu besar, sifat asli kadrun itu tidak bisa ditutupinya. Dan terbukti dengan munculnya ACT yang selama 17 tahun sangat pede mengaku sebagai lembaga yang paling tanggap, paling amanah, paling bisa diandalkan umat Islam, ternyata zonk.
Bahkan diduga ACT menambah kekisruhan atau kegaduhan politik dengan ikut serta pada aksi 212 untuk melanggengkan Anies jadi Gubernur. Lalu setelah Anies jadi Gubernur, ACT makin eksis, tapi Anies udah mau kelar masa jabatannya maka pantas juga ACT pun ikutan kelar. Sudah harus diblacklist orang-orangnya yang pernah mengelola ACT ini.
Dan bisa jadi, ACT hanya menjadi alat untuk partai sapi atau komunitas yang berkedok agama dengan tujuan akan menghancurkan negeri ini.