Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Nasdem dan Partai Demokrat diperkirakan akan membuat poros baru yang dikenal dengan sebutan koalisi Gondangdia. Mereka sering menunjukan kebersamaan pada momen tertentu, seperti pada pernikahan putri Gubernur DKI Jakarta.
Salah satu pimpinan PKS Sohibul Imam, AHY Ketua Umum Partai Demokrat dan Surya Paloh Ketua Umum Partai Nasdem, duduk satu meja. Mereka seolah ingin menunjukan kebersamaan mereka dan potensi koalisi yang mungkin akan terjadi.
Tetapi sampai saat ini poros Gondangdia belum juga terbentuk. Bahkan muncul rumor yang menyatakan bahwa ketiga partai ini ada kemungkinan loncat ke poros lain yang sudah resmi terbentuk.
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memutuskan kriteria calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung pada Pilpres 2024. Figur tersebut harus punya karakter nasionalis-religius.
Kriteria calon presiden dan wakil presiden yang akan diusung di Pilpres 2024 diputuskan PKS dalam Musyawarah Majelis Syura (MMS) VII di Mason Pine Hotel, Bandung pada 14-15 Agustus 2022.
PKS memutuskan untuk mengusung bakal calon presiden dan wakil presiden yang memiliki karakter nasionalis-religius, berpeluang besar untuk menang di Pemilihan Presiden 2024, dan menjadi simbol perubahan untuk Indonesia yang lebih baik.
Sepertinya PKS sudah mengincar figur tertentu kemudian menentukan kriterianya. Bukan sebaliknya mengeluarkan kriteria baru mencari tokohnya. Karena masuk tidaknya seseorang terhadap kriteria yang ditentukan sangat relatif tergantung PKS itu sendiri.
Jika ditelisik lebih seksama figur yang dimaksud potensial tersebut dan masuk kriteria adalah adalah Prabowo Subianto. Dengan kata lain, karakter Menteri Pertahanan itu cocok dengan selera PKS.
Sejauh ini, yang paling potensial ya Prabowo Subianto yang sudah siap Nyapres, tapi PKS harus mau bergabung koalisi Gerindra-PKB.
Terlepas dari itu, seluruh figur yang bertengger di atas papan survei memiliki karakter nasionalis-religius. Hanya, PKS tentunya akan mengangkat figur yang memiliki kedekatan ideologi.
PKS melihat kedekatan idelogis sebagai parpol berhaluan dan berbasis massa islam dengan calon yang akan diusung. Dengan begitu, ada sinkronisasi antara suara elite dan kader akar rumput. Kalau tidak begitu akan ada perpecahan ditubuh PKS sendiri dan tentunya akan berpengaruh pada suara pemilih PKS.
Jika pada akhirnya PKS mendukung Prabowo pada Pilpres 2024 nanti, sejarah akan terulang. Publik akan menilai jika PKS tidak belajar terhadap masa lalu.
PKS pernah bermitra setia dengan Partai Gerindra dan mendukung habis-habisan Prabowo Subianto jadi Capres tahun 2014 dan 2019. Hasilnya PKS ditinggalkan dan Prabowo jadi Menteri masuk kabinet Joko Widodo.
Akankah PKS masih mau menjadi mitra koalisi Partai Gerindra dan mendukung Prabowo Subianto jadi Capres?
Kita lihat saja nanti.