Ada cerita menarik tentang Kampung Susun Bayam yang menjadi tempat terdampak pembangunan Stadion JIS.
Jadi Jakpro mengadakan pertemuan dengan warga setempat.
Salah satu warga yang menghadiri pertemuan tersebut mengatakan bahwa Jakpro dan Pemprov DKI menawarkan tarif sewa unit Kampung Susun Bayam Rp 1,5 juta per bulan.
“Waktu semalam rapat bersama Jakpro dan Pemprov, awal pembicaraannya langsung memberi nominal per bulan bagi warga dengan buka harga Rp 1,5 juta,” katanya.
Saya tahu, ini bakal digoreng habis-habisan oleh pendukung mantan gubernur seiman dengan mengatakan bahwa Pj Gubernur DKI zalim dan mencekik warga dengan harga sewa yang tinggi. Mantan gubernur sangat mulia, warga diperlakukan dengan manusiawi tanpa penggusuran, dan sekarang malah disuruh bayar Rp 1,5 juta. Lihat saja, pasti bakal ada buzzer yang membalikkan fakta.
Mau sindir tapi takut dosa. Tapi mau gimana lah, ini semua karena mereka sendiri yang terlalu percaya dengan mulut manis yang sudah makan banyak korban menyesal.
Inilah akibat kalau lebih senang merasakan angin surga yang tidak lebih dari bualan palsu. Janji manis dari mantan gubernur seiman ternyata sangat pahit. Akhirnya kena prank juga, kan?
Dulu zaman gubernur yang dianggap kafir malah lebih manusiawi dan mulia. Dia sudah mikirin jauh ke depan mengenai solusi bagi masyarakat Jakarta yang membutuhkan tempat tinggal. Bagi mereka yang penghasilannya kecil sekitar Rp 3 juta/bulan, akan direlokasi ke rusun murah meriah, bisa mencapai 36 meter persegi. Rusun tersebut disewakan dengan skema Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa)
Biaya sewanya murah banget. Penghuni rusun hanya akan dibebankan biaya sebesar Rp 5 hingga 15 ribu per hari saja atau Rp 150 hingga 450 ribu per bulan. Sudah full service, termasuk biaya maintenance dan kebersihan. Hebatnya lagi, penghuni rusun akan diberikan fasilitas yang enak misalnya transportasi TransJakarta gratis hingga layanan kesehatan. Anaknya dapat Kartu Jakarta Pintar (KJP). Subsidi yang diberikan hingga 80 persen.
Kemudian datanglah penjual angin surga paling santun yang menyesatkan banyak warga. Seolah solusi di atas tidak menarik. Solusinya adalah rumah murah meriah yang ternyata ngibul semua.
Kira-kira mereka sedang mikirin apa ya? Apakah nyesal telah dikibuli oleh wajah santun penuh senyum dan aura surga?
Kalau dianalogikan, dulu mereka ditawari nasi goreng seharga Rp 300 ribu dengan lauk banyak dan service yang luar biasa. Mereka bilang kemahalan. Tapi ada gubernur yang menawarkan nasi goreng dipaketkan dengan angin surga, mereka ngiler dan terbuai. Akhirnya mereka percaya. Akhirnya kena prank. Ternyata nasi gorengnya seharga Rp 1,5 juta. Terkejut dan tak bisa bilang apa-apa.
Dulu gubernur sebelumnya berbaik hati memikirkan nasib kalangan menengah ke bawah, eh malah bawa-bawa agama atau mau-maunya dipengaruhi oleh sentimen agama. Seiman tetap lebih baik. Sekarang akhirnya gigit jari sampai kuku pun habis. Mau ngadu ke mana pun tak bisa?
Dulu gubernurnya punya tujuan jelas, agar warga yang berpenghasilan menengah ke bawah bisa menempati rumah susun dengan harga murah meriah dengan segudang fasilitas. Tapi mereka tidak mau. Sedangkan gubernur penggantinya tak punya tujuan jelas, hanya ada udang di balik batu, tapi mereka percayai setengah mati.
Kadang kasihan lihat mereka. Tapi faktanya pilihan mereka lah yang menyebabkan semua ini terjadi. Kalau mau cari kambing hitam, silakan cari si mantan gubernur seiman yang saat ini sedang keliling Indonesia untuk tebar pesona mencari mangsa yang lebih masif. Dialah yang harus ditanyai.
Kenapa percaya dengan dia? Apakah dijanjikan tiket surga oleh pendukungnya. Kalau begitu, bersabar saja lah. Jadikan ini sebuah pelajaran keras. Semoga bisa tertampar dengan keras, agar suatu hari nanti tidak lagi menjadi orang yang mau-maunya diberi makan angin surga. Yang emas beneran dibuang demi memilih besi berkarat yang dilapisi cat emas.
Diajak pintar dan logis, mereka tak mau. Mereka lebih suka hidup dalam ilusi dan fatamorgana yang menyesatkan. Beginilah kalau memilih pemimpin dengan nalar yang tidak nyambung. Akhirnya yang rugi adalah diri sendiri.