Beberapa buzzer Anies yang diduga bayaran mengatakan bahwa Anies Baswedan ini semakin tinggi, semakin diserang dan angin semakin menerpa.
Katanya banyak badai hoax yang akan menerpa Anies yang memang secara rekam jejak banyak pencapaian.
Sungguh terlalu, buat saya mengatakan Anies banyak pencapaian itu sendiri adalah sebuah hoax dan fitnahan. Anies itu nggak banyak pencapaian, dia itu banyak omong dan tidak punya rekam jejak bagus sama sekali. Begini faktanya.
Fakta pertama, Anies ini tukang ngomong dan banyak bacot. Janji-janjinya tinggal janji dan tidak terlaksana. Banyak janji yang hanya membusuk di mulutnya saja. Tidak diteruskan ke realisasi yang ada.
Dengan uang yang begitu banyak, seharusnya dia bisa membuat Jakarta lebih baik lagi. Tapi ternyata yang dilakukan hanyalah menumpuk sampah bayaran yang ada di Balai Kota. Jumlahnya ada 72 kalau nggak salah.
Banyak anggotanya hanya kerja mencuit dan jadi buzzer.Tak ada sedikitpun kepedlian terhadap masyarakat Jakarta. Hoax kalau sebut dia banyak kerja, dia banyak omong dan banyak ngibul.
Fakta kedua, orang ini pendendam dan kelihatan banget dari caranya bicara. Statement-statementnya pasca dibuang ke tong sampah politik lewat pemecatannya dari kursi menteri pendidikan, kelihatan banget ini orang pendendam.
Hatinya yang begitu panas terpancar dari kalimat-kalimatnya yang pedas dan selalu menyindir Pak Joko Widodo. Dia selalu bicara gagasan, dan jangan melulu kerja.
Padahal di Indonesia kan yang dibutuhkan adalah sosok pekerja, bukan tukang bacot. Hoax kalau dia pun punya gagasan. Gagasannnya hanya bullshit.
Fakta ketiga, manusia ini didukung kaum intoleran dan radikal, bahkan lebih jauh lagi, teroris ada di belakangnya. Hoax kalau dia menjadi orang yang dianggap milik Indonesia. Banyak buzzer bego yang mengatakan Anies Baswedan ini milik semua kalangan.
Ingat kasus nenek HIndun? Jenasahnya ditolak warga pendukung si busuk itu untuk disolatkan. Ngeri. Gegara mendukung Ahok selama dia hidup.
Kalau dimiliki oleh teroris dan radikalis yang dicuci otak sampai meledakkan diri di dekat pusat keramaian, ngeri amat pendukungnya? Tapi manusia-manusia rasis yang ada di belakang orang ini malah menjadikan dia sebagai tokoh toleransi. Kan hoax?
Fakta keempat, para buzzer yang sudah ketahuan membusukkan DKI Jakarta, dibuang satu per satu karena memang nggak bisa kerja. Sebut saja Tuyul Ancol, Taque-Taque dan berbagai buzzer lainnya.
Mereka ini digaji bukan kerja malah sibuk ngatain warga Jakarta yang kritik Anies. Politiknya culas. Hoax kalau bilang mereka kerja.
Saya berhenti di fakta keempat. BIar saja angka empat ini kan dipercaya sebagai angka sial. Banyak orang melihat bahwa Joko Widodo memang sepertinya masih harus diteruskan kepemimpinannya.
Kepemimpinan tiga periode kalau tidak memungkinkan, maka bisa dicari pemimpin yang bisa meneruskan perjuangan pembangunan Indonesia, yang ada di dalam diri Pak Joko Widodo.
Capres yang dipilih harus menyuarakan suara rakyat, bukan jadi budak 9 naga.
Menggelikan sekali bukan? Ya pasti lah. Masak bukan?