Semakin dekat Pemilihan Umum 2024 dinamika politik makin seru disimak. Awal Oktober 2022 lalu terjadi kejutan dari Partai Nasdem. Partai pimpinan Surya Paloh ini nekad mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai Capres. Padahal Nasdem belum memiliki koalisi yang memenuhi ambang batas 20%.
Partai Demokrat dan PKS yang jauh-jauh hari diberitakan sedang melakukan pendekatan dengan Partai Nasdem belum juga mencapai kata sepakat. Mereka terus saja berkoar-koar tentang koalisi yang sudah mereka beri nama tapi belum juga deklarasi resmi.
Perdebatan posisi calon wakil presiden (cawapres) menjadi hal yang sangat keras dan sulit ditemukan kesepakatan. Nasdem telah membebaskan Anies Baswedan untuk memilih cawapresnya.
Partai Demokrat menjagokan Ketua Umumnya yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pendamping Anies. Sedangkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menginginkan Ahmad Heryawan (Aher) yang merupakan mantan Gubernur Jawa Barat 2 periode menjadi cawapres Anies.
Kondisi ini membuat Koalisi Perubahan tidak juga terbentuk. Masalah Cawapres menjadi masalah pelik yang sulit ditemukan pemecahan masalahnya. Jika memilih AHY, maka PKS bisa kabur begitu juga sebaliknya.
Berita terbaru muncul rumor jika Anies mungkin akan memilih kandidat Cawapres dari luar koalisi atau non partai. Muncul satu nama yang sebelumnya pernah dilirik Nasdem sebagai Capres yakni Jenderal TNI Andika Perkasa yang memasuki masa pensiun.
Munculnya rumor ini membuat PKS dan Partai Demokrat menjadi galau. Karena jika benar Anies memilih Jenderal Andika maka nasib partai mereka tidak ada satupun yang jadi Cawapres.
Merespon hal tersebut pada hari Rabu tanggal 21 Desember 2022, Partai Demokrat dan PKS melakukan pertemuan khusus. Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat sekaligus mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Salim Segaf Al-Jufri yang merupakan Ketua Majelis Syuro PKS bertemu untuk makan malam.
Ketika kedua petinggi partai bertemu tentu saja ada pembicaraan super penting mengenai dinamika politik yang terjadi. Mereka sepertinya ingin berdikusi bagaimana sikap masing-masing partai jika benar Anies dan Nasdem hanya menjadi pemberi harapan palsu (PHP) kepada Demokrat dan PKS.
Pertama, mungkin Partai Demokrat dan PKS mempertimbangkan kompak akan mundur dari Koalisi Perubahan yang memang belum terwujud untuk membentuk poros baru atau bergabung dengan poros lainnya.
Demokrat dan PKS masih berharap ada salah satu kadernya bisa ikut Pilpres tidak hanya jadi penonton saja. Karena jika kadernya ada yang ikut Pilpres maka otomatis akan mendongkrat raihan suara partai.
Kedua, mereka berusaha kompak dalam memutuskan masalah. Apakah tetap bertahan dengan Koalisi Perubahan atau keluar mencari suasana baru. Yang penting mereka berusaha untuk tetap bersama.
Jika benar Nasdem dan Anies memilih Jenderal Andika Perkasa jadi cawapres, maka Demokrat dan PKS akan mengingat mereka sebagai pihak yang memberi harapan palsu.