Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terlihat paling sibuk demi menyambut Pemilu Serentak 2024 nanti. Walaupun kesibukan yang sama pastinya juga memenuhi agenda semua partai politik lainnya, namun setidaknya hanya ketiganyalah yang paling terlihat. Ketika yang lain baru sibuk diinternnya saja, atau setidaknya setengah sibuk saja, kesibukan NasDem-PKS-Demokrat terlihat lebih go public. Kesibukan mereka menjadi menu santapan politik di masyarakat dua-tiga bulan belakangan.
Itu tak lepas dari telah ditetapkannya Anies Baswedan sebagai calon presiden Partai NasDem, dan kemungkinan atas terbentuknya koalisi pengusung bersama dua partai politik lainnya, yang sedianya akan bersebut Koalisi Perubahan.
Namun faktanya, ternyata begitu sulit untuk membentuk kerjasama diantara ketiganya itu. Anies Baswedan yang diketahui punya banyak simpatisan di PKS dan Demokrat pada kenyataannya tidak bisa menjadi katalisator untuk segera tersepakatkannya kerjasama itu. Anies bukan pemersatu seperti yang diharapkan.
Isu utama penyebab belum terbentuk kesepakatan katanya sih soal nama cawapres. Kubu Demokrat sudah barang tentu ngotot untuk memasangkan Anies dengan sang Ketua Umum, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sementara PKS keukeuh dengan Aher-nya.
Bila dilihat sepertinya PKS hanya ngadi-ngadi saja untuk mencawapreskan Aher ini, toh elektabilitasnya kecil sekali. Sikapnya ini sepertinya hanya untuk menunjukkan ketidaksetujuannya pada AHY. Terlepas dari sosoknya yang akan mewakili Demokrat, PKS tidak yakin saja pada AHY itu. AHY yang termehek-mehek membaca situasi politik nasional dan begitu culun ketika menilai bahwa pemerintahan SBY lebih baik dari Presiden Jokowi, menjelaskan bahwa PKS pantas ragu pada pensiunan mayor itu. Itu sudah lebih dari cukup.
Iya, posisi cawapres pendamping Anies menjadi faktor utama sehingga koalisi belum juga terbentuk. Pernyataan PKS memperkuat hal tersebut. Juru Bicara PKS Muhammad Kholid berharap pembahasan tim kecil terkait platform koalisi tuntas bulan ini (Januari 2023), sehingga deklarasi dapat dilakukan di akhir bulan atau di awal Februari mendatang.
Nah, jika demikian tentu Demokrat lah kemudian yang akan menjadi kunci. Karena merekalah yang terlihat begitu ngotot untuk mengunci posisi cawapres. Terlihat, selain AHY, nama Khofifah Indar Parawansa kemudian juga dimunculkan?
Demokrat dalam posisi bingung dan sulit. Penerimaan NasDem dan PKS terhadap Khofifah, agaknya lebih baik. Secara elektoral, Gubernur Jawa Timur itu juga sangat menjanjikan di kalangan NU di Jawa Timur sendiri maupun di Jawa Tengah.
Sementara mengesampingkan AHY tentu sebuah tindakan yang sangat menyakitkan. Demokrat bingung.
Tapi tentu kemudian ada satu nama yang bisa membuat Demokrat lebih lancar menentukan sikap. Yaitu SBY yang turun gunung!
SBY bisa membujuk AHY dan Demokrat agar tidak rewel soal cawapres. SBY juga bisa ‘beri pertimbangan’ agar PKS tidak ngebet dengan Aher-nya!