Manusia memang tempatnya khilaf dan lupa. Terkadang kita mencari kacamata kesana kemari, menanyakan kepada semua orang yang ada di rumah, eh ternyata kacamata sedang dipakai. Ada juga orang sepuh yang panik mencari sendalnya, menanyakan orang-orang, mencari ke setiap penjuru rumah, ternyata sendalnya dipegang dari tadi.
Usia tidak bisa dibohongi. Bertambahnya usia memang bertambah ilmu dan pengalaman tetapi sering lupa sehingga tidak menyadari beberapa hal. Menasehati tetangga agar tidak mudah marah, menjaga lisan, eh ternyata dia sendiri pemarah dan berbicara sembarangan.
Mungkin begitulah gambaran tokoh bangsa ini. Semoga saja beliau sehat selalu. Diberitakan, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku tidak percaya bahwa pemimpin harus dipersiapkan khusus oleh pihak-pihak tertentu dan menilai negara seharusnya memberikan ruang yang sama untuk semua pihak maju sebagai capres di 2024.
SBY minta negara jangan masuk terlalu jauh dalam pencalonan presiden. Beliau mencontohkan bahwa dirinya saat akan mengakhiri masa jabatan sebagai presiden, tidak mempersiapkan calon pemimpin berikutnya. Dari pernyataan ini ada beberapa hal yang harus kita perjelas.
Saya mempertanyakan konteks pernyataan SBY tersebut. Apakah SBY sedang mencontohkan saat dirinya menjadi presiden atau mencontohkan saat dirinya yang kala itu juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.
Sebenarnya SBY sedang bicara negara atau pribadinya sih? Apakah maksud SBY dia sebagai kelembagaan negara tidak mencalonkan presiden. Tentu saja tidak, karena berdasarkan konstitusi, yang berhak mencalonkan presiden adalah partai politik peserta Pemilu. Partai politik peserta Pemilu bukan lembaga negara.
Kedua, sebagai pribadi, jelas bahwa SBY dengan partai yang beliau pimpin ikut Pemilu dan ikut mencalonkan presiden. Artinya beliau secara pribadi mempersiapkan calon presiden. Hal ini bertentangan dengan pernyataannya, jika pernyataannya menjelaskan dirinya sebagai pribadi.
Tentu kita ingat ketika SBY mempersiapkan anak sulungnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai penerus dirinya. AHY nekad mundur dari TNI padahal karirnya sedang moncer. Di masa depan sangat mungkin AHY jadi tokoh besar di TNI.
AHY mundur dari TNI terjun ke dunia politik. Di partai Demokrat AHY langsung mendapatkan posisi penting dan akhirnya sekarang jadi Ketua Umum. Perjalanan karir yang sangat singkat dan mampu langsung jadi pucuk pimpinan suatu partai politik tentu saja karena ada yang membantu.
Diakui atau tidak tentu saja sudah dipersiapkan SBY, dibimbing dan dibantu SBY. Dengan kata lain SBY mempersiapkan AHY jadi penerus dirinya di Partai Demokrat.
Menurut saya sebenarnya SBY pun berusaha mempersiapkan AHY jadi Presiden. Karena dengan AHY jadi Ketum Demokrat otomatis AHY mempunyai hal yang paling penting menuju RI 1 yakni kendaraan politik.
Hanya saja sampai sekarang walaupun sudah mempunyai kendaraan politik, jalan AHY jadi Presiden terbilang sulit. Elektabilitas AHY dan perolehan suara Demokrat belum bisa berbicara banyak. Jadi cawapres Anies Baswedan saja, Demokrat konon harus memaksa.
Jadi sebenarnya penyataan SBY yang memprotes negara dan pihak tertentu, SBY sendiri telah melakukannya.