Banyak yang bikin analisis soal di balik gagalnya (calon) Koalisi Perubahan (PKS, Partai Demokrat dan NasDem) deklarasi mendukung Anies pada 10 November 2022 silam. Ada yang bilang bandar belum sepakat, dan lain-lain.
Padahal jawabannya sebenarnya mudah banget yakni Cawapresnya yang belum sepakat.
Coba kalau seandainya Partai Demokrat maupun PKS legowo menyerahkan nama Cawapres Anies kepada NasDem, jadi itu koalisi dan deklarasi.
Tapi mereka kan ada udang di balik bakwan ferguso. Alias tidak ada makan siang gratis. ‘Gue dukung Lu tapi dengan syarat Cawapresnya dari partai gue,’ kura-kura demikian yang ada di benak elit Partai Demokrat dan PKS.
Terbukti kok keduanya sama-sama mengajukan nama untuk ditunjuk jadi Cawapres Anies. Demokrat mengajukan Ketum-nya AHY dan PKS mengajukan mantan Gubernur Jabar Aher.
Celakanya, kedua orang ini sama-sama punya sisi buruk lebih banyak dibandingkan sisi baiknya.
Kita ambil contoh AHY. Pernah gagal jadi Cagub DKI. Bagaimana mau jadi Cawapres ferguso?
Ini ibarat orang yang tidak lolos seleksi jadi Hansip tapi ngotot pengen jadi Paspampres. Susah.
Kemudian, AHY juga merupakan Ketum partai yang kelakuan kadernya beragam. Ada yang pemakek sabu yakni Andi Arief. Ada yang tercatat sebagai koruptor termuda sepanjang sejarah Indonesia yaitu Nur Afifah Balqis. Dan ada juga koruptor yang mengerahkan massa supaya tidak ditangkap KPK, setelah ditangkap dia pura-pura kena stroke yakni Lukas Enembe.
Jadi banyaknya kader Partai Demokrat yang gak ada akhlak tersebut secara tidak langsung turut merusak citra AHY.
Selanjutnya, ini yang paling menjadi perhatian publik yakni AHY anak manja. Dikit-dikit kalau ada masalah, bapaknya turun gunung. Termasuk dia jadi Ketum Partai Demokrat itu, berkat usaha bapaknya.
Sedangkan kalau nanti terpilih jadi Wapres, tidak bisa seperti itu lagi ferguso.
Dikit-dikit ngadu sama bapak. Hehehe
Sementara Aher, elektabilitasnya rendah banget. Hanya 1,3 persen saja menurut lembaga survei KedaiKopi.
Dengan elektabilitas ngenes begitu, jangankan mau jadi Wapres, nyalon gubernur Banten saja Aher bisa kalah. Dan kalau dia dipasangkan dengan Anies, bukannya meningkatkan elektabilitas eks Gubernur DKI tersebut tapi malah menurunkan.
Lagian juga, PKS pernah nusuk SBY dari belakang kok. Yang mana kala itu partai dakwah tersebut diberi jatah 4 kursi menteri oleh SBY. Eh ketika SBY terpaksa menaikkan hargam BBM, Pekaes malah turut menyerangnya layaknya partai oposisi.
Tentu NasDem tidak mau bernasib sama seperti itu. Ditusuk oleh PKS ketika kadernya jadi Cawapres Anies.
Hanya saja, dari dua partai yang mengusulkan kadernya jadi Cawapres tersebut, PKS sepertinya lebih sadar diri. Gak ngoyo kayak Partai Demokrat.
Terakhir, karena capek dipaksa terus oleh kader Partai Demokrat agar mau mengusung AHY jadi Cawapres Anies, NasDem pun secara ugal-ugalan menolaknya dengan keras.
“NasDem memastikan ingin Cawapres itu adalah orang yang berpengalaman di pemerintahan. Karena ketika kemudian terpilih dia harus mampu membantu presiden dalam menggerakkan pemerintahan supaya terjadi sinergitas,” ujar Waketum NasDem Ahmad Ali.
Modyar. Hehehe
Jelas dari pernyataan tersebut, kriteria Cawapres pilihan NasDem bukan AHY tapi orang yang pernah berkecimpung di pemerintahan. Bisa jadi mantan gubernur, mantan Wapres atau mantan menteri.
Sedangkan AHY, jangankan mau berpengalaman di pemerintahan, merasakan jadi Lurah saja dia belum pernah.
Kasihan sebenarnya lihat Partai Demokrat. Sudah kadernya ngemis-ngemis sampai merendahkan harga diri segala demi Ketumnya terpilih jadi Cawapres Anies , eh malah ditolak oleh NasDem.
Dan penolakan itu jadi berita pula. Hehehe. Alias jadi konsumsi publik.
Hanya saja, inilah hebatnya kader Demokrat. Mukanya tebel kayak muka badak ferguso. Meskipun AHY sudah ditolak jadi Cawapres Anies, mereka tetap saja ngemis berharap Paloh berubah pikiran .
“Percuma Cawapres Anies orang yang berpengalaman di pemerintahan kalau kalah. Orang koalisi itu mau menang, bukan mau kalah,” kura-kura demikian pernyataan yang disampaikan oleh Deputi Isu dan Narasi Bakomstra Partai Demokrat Cipta Panca Laksana.
“Rakyat menginginkan perubahan dan perbaikan. Lalu, siapa sosok representasi perubahan? Siapa saja selain Ketum AHY yang tiga tahun terakhir ini berani lantang bersuara dan perjuangkan nasib dan harapan rakyat, meski sampai partai yang dipimpinnya berupaya dibegal?,” ujar Kepala Bakomstra Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra melanjutkan pernyataan dari Panca itu.
Bahkan, tidak segan-segan politisi asal Kalbar tersebut mengatakan, AHY hadir di sisi rakyat.
Asik. Hehehe
Para buzzer AHY juga turut dikerahkan untuk meyakinkan NasDem,
“AHY itu Ketum partai (yang punya perwakilan) di parlemen dengan 54 kursi. Partai dua kali menang Pilpres. Levelnya ya pemimpin negara,” ujar pemilik akun Twitter @Elmirakid
Pertanyaannya, apakah dengan ngemis ke NasDem itu Cawapres Anies akan AHY?
Tidak ferguso.
Karena kalau AHY yang jadi Cawapres maka Partai Demokrat yang akan dapat coattail effect. Bukan NasDem.
Sedangkan kita tahu sendiri bahwa NasDem mengusung Anies itu bukan karena sosok Aniesnya yang hebat, tapi supaya mendapatkan suara lebih banyak lagi pada Pemilu 2024 mendatang.
Kasarnya, Anies itu cuma jadi tunggangan doang.
Celakanya, partai (suka tidak suka) wajib mengusung pasangan Capres/Cawapres pada Pemilu 2024 mendatang. Kalau tidak, siap-siap saja kena sanksi yang berat yakni tidak boleh ikut Pemilu pada Pemilu berikutnya.
Ujung-ujungnya Demokrat (terpaksa) tetap ngusung Anies walaupun AHY gak jadi Cawapres. Kwkwkwk