Hari ini muncul berita baru tentang utang Anies ke Sandiaga Uno. Itu lho utang Rp 50 miliar yang baru saja terungkap. Sandiaga menyatakan bahwa dia tidak ingin melanjutkan pembicaraan soal utang ini. Atau dengan kata lain diikhlaskan saja. Berita ini terlihat kalem ya. Namun sebenarnya ini adalah sambaran petir yang besar menohok Anies, sang bakal capres NasDem. Makjleb! Menghunjam sampai ke ulu hati.
Kenapa? Karena pernyataan ini sama artinya bahwa Sandiaga mengakui adanya utang Rp 50 miliar oleh Anies, yang belum juga dibayar-bayar, hingga jabatan Anies sebagai gubernur kelar. Serius ya, ini sangat sangat memalukan buat Anies. Elu ngutang dalam jumlah yang buanyak banget, lalu elu lupain selama lebih dari 5 tahun. Ya kan? Kalau enggak dibocorkan oleh petinggi Golkar, Erwin Aksa, soal utang ini gak bakal diselesaikan oleh Anies. Bener gak? Sampai pihak Anies ngeles menyatakan bahwa soal utang itu dinyatakan selesai atau lunas jika pasangan Anies-Sandi memenangkan Pilkada waktu itu. Tapi ternyata…. Buat Sandiaga, yang punya duit nih, utang itu masih dianggap sebagai utang. Berarti Anies lah yang dinilai lalai, belum bayar utang Rp 50 miliar itu hingga sekarang. Ambyar bener ini.
Ok, awalnya video ini bermaksud untuk mengulik alasan mengapa dalam beberapa hari belakangan ini muncul kebocoran-kebocoran informasi jeroannya Anies Baswedan. Alasan ini sangat menarik untuk diketahui, karena yang membocorkan itu adalah para petinggi partai. Dari 2 partai yang merupakan sahabat NasDem. Yakni Gerindra dan Golkar. Dan kebocoran-kebocoran ini bersamaan dengan manuver NasDem, yang pamer kemesraan dengan partai-partai tersebut di depan publik. Katanya mau koalisi dengan partai-partai oposisi, PKS dan Demokrat. Lha kok belakangan ini malah pedekate sama Gerindra dan Golkar? Publik kan jadi bertanya-tanya.
Nah, saya kira NasDem ini sedang menjalankan Plan B. Karena Plan A mereka nampaknya sudah mentok. Partai NasDem bisa dibilang kecele, banget. Ketika merancang masa depannya di Pemilu 2024, mungkin NasDem mengira bahwa membentuk koalisi itu gampang. Berdasarkan pengalaman dalam Pilpres 2014 dan 2019, NasDem berharap bisa membuat gebrakan hebat jika bisa lebih cepat menemukan dan mengusung bakal capres. Jadi ini pakai prinsip lebih cepat lebih baik ya. Dengan tujuan mendapatkan waktu yang lebih panjang, untuk mendongkrak elektabilitas partai NasDem sendiri. Semakin cepat NasDem mendeklarasikan bakal capres, semakin lama pula waktu buat NasDem meningkatkan elektabilitasnya. Kita sebut saja ini sebagai Plan A.
Dalam Pemilu 2014, NasDem mendapat angka 6,72 persen. Angka ini melonjak menjadi 9,05 persen di Pemilu 2019. Bisa jadi NasDem berharap untuk mendapatkan belasan persen di Pemilu 2024. Caranya ya seperti itu tadi ya. Cepet-cepetan mendeklarasikan bakal calon presiden. Namun NasDem lupa bahwa dalam 2 pemilu terakhir itu, yang diusung sebagai capres adalah Jokowi. Ada unsur Jokowi dalam perolehan angka NasDem itu. Sementara, yang akhirnya diusung oleh partai NasDem adalah Anies Baswedan. Orang yang selalu menempatkan dirinya berseberangan dengan Jokowi. Dengan kinerja yang penuh cela, dan punya kedekatan dengan kelompok-kelompok agamis yang radikal, bahkan yang terlarang di negara ini. Lah kok dipilih jadi bakal capres oleh NasDem? Gak salah nih? Logikanya di mana?
Partai NasDem sendiri dimusuhi oleh sebagian besar pendukung Anies. Sudah dicap haram dipilih karena mendukung penista agama. Trus dari mana NasDem bisa mendapatkan tambahan suara? Logikanya itu sudah hancur banget ya. Akhirnya NasDem hanya punya pilihan terbatas untuk mendapatkan teman koalisi, yakni partai-partai oposisi, PKS dan Demokrat. Sementara, NasDem masih termasuk dalam koalisi partai pendukung pemerintahan Presiden Jokowi. Sudah jelas mau koalisi sama oposisi, eeh NasDem ngakunya masih mendukung Jokowi, dan gak mau mundur dari koalisi pemerintah. Kan makin absurd ya hehehe…
Akhirnya, partai NasDem merasakan sendiri, bagaimana sulitnya membangun koalisi dengan partai oposisi. Angka NasDem di berbagai survei malah makin turun. Dari 9 persen hasil pemilu 2019, akhir-akhir ini anjlok di seputaran angka 3 hingga 4 persenan saja. NasDem bukan hanya terlihat absurd, tapi juga terlihat sangat bodoh. Ngarepin peningkatan suara kok dari Anies dan partai-partai oposisi. Sedangkan NasDem selama 2 kali pemilu selalu berada di kelompok pemenang. Haduuuhh, hehehe…
Setelah sekian lama, saya kira NasDem baru sadar bahwa mereka ini gak akan ke mana-mana, jika hanya ngarepin Anies dan 2 partai oposisi itu. Saya kira ada peran Presiden Jokowi di sini ya. Jadi ketika Surya Paloh dipanggil Presiden Jokowi, itu tujuannya untuk menyadarkan NasDem. Mungkin Presiden Jokowi menantang logika NasDem dan kemudian Surya Paloh tergugah pikiran dan kesadarannya.
Di titik ini, NasDem nampaknya mereview semua rencana, semua yang terjadi, semua yang diharapkan terjadi tapi gak kesampaian. Banyak yang direview. Ini terlihat dari tanggapan NasDem terhadap ajakan AHY untuk membuat sekretariat bersama. Dijawab NasDem dengan nada ketus, koalisi aja belum ada, katanya.
Waktu itu para petinggi NasDem sudah berkunjung ke Sekber koalisi Gerindra. Kemudian Surya Paloh sendiri turun tangan untuk bertemu dengan Ketum Golkar, Airlangga Hartarto. Pamer kemesraan dengan Golkar. Surya Paloh disebut “pulang ke rumah” oleh Airlangga, karena Surya Paloh merupakan alumni Golkar. Yang kemudian dibalas Surya Paloh dengan menyatakan bahwa masih ada kemungkinan NasDem bergabung dengan Golkar atau KIB. Kode keras itu ya. Kode keras untuk menunjukkan pada publik bahwa NasDem ini masih diterima oleh partai-partai koalisi pemerintahan. Bahwa NasDem ini tidak dimusuhi ataupun dikucilkan karena kelakuannya yang nyeleneh belakangan ini.
Nah, sampai di sini, bisa dibilang bahwa NasDem sedang berada di persimpangan jalan. Mau tetap menjalankan Plan A atau mulai jalankan Plan B. Untuk itu, NasDem perlu ke-pasti-an. NasDem pun perlu bantuan. Di politik itu mungkin ada saja favor, atau utang budi yang belum dibalas gitu ya. Mungkin dulu NasDem pernah bantu Gerindra dan Golkar. Jadi sekarang gantian.
Gerindra bocorkan soal perjanjian bahwa Anies tidak maju sebagai presiden jika Prabowo nyapres. Yang bocorin itu gak tanggung-tanggung. Sandiaga yang dipilih. Teman Anies dulu di Pilkada, sempat jadi wakil Anies di DKI Jakarta, bahkan sekarang kan jadi menterinya Presiden Jokowi loh. Siapa yang gak percaya sama perkataan Sandi kan? Gerindra sih seneng-seneng aja, karena kalau Anies nyapres, kan jadi saingannya Prabowo.
Dengan pola yang serupa, Golkar juga menurunkan salah satu petingginya. Gak tanggung-tanggung juga. Erwin Aksa, yang juga keponakan dari Jusuf Kalla, membocorkan bahwa Anies berutang Rp 50 miliar pada Sandiaga. Utang ini pakai perjanjian. Erwin Aksa turut menyusun perjanjian utang piutang itu bersama dengan kuasa hukum Sandiaga. Jadi ini adalah utang resmi. Ada perjanjiannya. Ya harus dibayar dong. Gak bisa sekedar bilang bahwa begitu menang Pilkada lalu utang dianggap lunas. Ya gak bisa gitu. Mesti ada pertanda lunasnya kan? Yang akhirnya juga dikonfirmasi oleh Sandiaga sendiri. Dengan menyebut diikhlaskan ya berarti, Anies tidak pernah mengembalikan uang Rp 50 M itu kepada Sandiaga.
Citra Anies menjadi sangat buruk dengan bocornya jeroan-jeroan ini ya. Anies terkesan sebagai orang yang ingkar janji, seperti kacang lupa kulitnya, dan dalam soal duit gak bisa dipercaya. Utang Rp 50 M kok gak dibayar-bayar. Ketika diingatkan punya utang, malah ngeles. Blunder banget ya. Akhlaknya Anies jadi dipertanyakan publik kan?
Sementara banyak pihak yang menilai bahwa dengan adanya manuver Surya Paloh ke partai lain, semakin kecil kemungkinan Anies ini dipertahankan jadi bakal calon presiden. NasDem diperkirakan bakal cabut dari rencana koalisi dengan PKS dan Demokrat. Peluang Anies nyapres dengan NasDem pun makin menipis. Kan dari awal NasDem juga sudah bilang bahwa NasDem tidak menjamin Anies dapat tiket sebagai capres. Semua tergantung dari hasil komunikasi dengan partai lain terkait koalisi.
NasDem sedang berada di persimpangan jalan. Mau terus Plan A atau belok dengan Plan B. Ya tinggal tergantung gimana kuatnya argumen Anies nih sama NasDem. Apakah Anies sanggup membuat NasDem bertahan dengan Plan A. Kita ikuti saja ya perkembangannya. Kura-kura emang juara!