Baru-baru ini ada video yang sedang viral di media sosial. Tidak tahu persis kapan video itu diambil. Kemungkinan besar belum lama ini karena ada teriakan ‘Anies presiden’. Itu terjadi di acara Maulid yang dibawa oleh Habib Syech.
Jadi ceritanya Anies hadir dan tampak mau berikan kata sambutan. Lalu tiba-tiba ada teriakan ‘Anies Presiden’.
Langsung saja Habib Syech memberi teguran dengan kata-kata dan nada yang lembut tapi menusuk.
“Jangan ada yang teriak-teriak presiden atau tidak presiden. Ini acara Maulid, bukan kampanye. Paham? Jadi acara Maulid jangan dikotori dengan ucapan lisan orang-orang yang tidak bertanggungjawab,” katanya.
Malunya sampai ke ubun-ubun. Untungnya saja tutur katanya lembut. Kalau yang berbicara dengan nada tegas, pasti bakal makin malu.
Memang ini sangat memalukan sih, pendukung model begini selalu ada, dan cenderung bersatu di kubu Anies. Tidak punya adab. Tidak tahu diri. Tidak tahu kapan harus berpolitik. Bahkan di acara keagamaan saja mereka bisa berpolitik. Ingat lagi soal tabloid Anies yang disebarkan di salah satu masjid di Kota Malang.
Sudah tahu ini acara keagamaan, tapi dikotori oleh teriak-teriakan berbau politik. Jadi curiga tipe pendukung Anies itu apakah orang-orang yang tidak tahu malu atau tidak tahu adab. Agama dicampuradukkan dengan politik. Demi memuja Anies, batas moral dan etika tidak digubris.
Apalagi Anies, pasti salah tingkah dan terdiam. Mungkin selama ini bebas diteriaki presiden oleh pendukungnya. Kali ini tidak menyangka bakal ditegur oleh Habib Syech. Pencitraan gagal total. Mungkin enak mendengar teriak presiden. Ada rasa bangga yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Ternyata plot twist, teriakan itu disela dan dibalas dengan sentilan menohok. Ini acara Maulid, bukan acara kampanye.
Harusnya gerakan melawan teriakan ini harus digaungkan ke semua rumah ibadah dan acara keagamaan. Banyak pendukung Anies yang lebay dan norak, dikit-dikit teriak presiden. Kalau lagi di lapangan, silakan teriak sebebasnya. Tapi di acara keagamaan, ini terlalu banget.
Bila perlu, siapa pun yang bikin sensasi politik, diusir saja dari acara tersebut, biar ada efek jera.
Saya kadang pikir, harusnya Anies yang menegur agar tidak ada teriak-teriakan presiden seperti itu. Anies paham, acara keagamaan bukan acara politik. Tapi ya kita tahu lah, Anies itu kadang menikmati. Lihat saja di Pilkada DKI. Dia cenderung diam ketika marak politisasi agama dan politik identitas. Bahkan banyak spanduk yang membully jenazah dengan ancaman mengerikan.
Akhirnya kena batunya sendiri. Salah tingkah, mati gaya, dan pura-pura tidak dengar teguran dari Habib Syech.
Selama ini Anies nyaman diteriaki presiden di mana-mana. Jadinya dia berharap yang sama. Ternyata zonk. Pendujungnya kena tegur, tapi Anies yang paling kena dampaknya. Anies yang paling dibully dalam hal ini. Padahal kalau Anies tegur, dia bisa dapat kredit dan pendukungnya pasti akan share ini untuk keperluan promosi politik. Anies bisa dipoles menjadi tokoh penolak politisasi agama. Gini, kan, keren.
Tidak tahu persis apa yang mau disampaikan Anies dalam acara tersebut. Mudah-mudahan Anies hanya menyampaikan sesuai tema acara, meski semua orang juga tahu Anies hadir sekalian untuk cari panggung buat dirinya. Tapi, kalau misalnya dia mau nyelipin narasi berbau kampanye, dipastikan terjadi improvisasi dan perubahan rencana saat itu juga, hehehe.
Intinya praktik penyelipan narasi kampanye di rumah ibadah atau acara keagamaan harus dilawan dengan keras. Jangan biarkan ini menjadi sesuatu yang lumrah karena terus dilakukan berulang-ulang. Sudah cukup Jakarta jadi korban keganasan politik identitas. Pemimpin dan pendukung yang memakai cara licik seperti ini tidak layak jadi pemimpin negara ini. Bisa-bisa hancur negara ini.
Dan jangan lupa Partai Ummat yang baru seumur jagung, sudah berani tegas mengatakan bahwa partainya akan mengusung politik identitas. Dan Anies juga hadir di acara partai tersebut. Kemungkinan besar Partai Ummat akan mendukung Anies. Partai yang katanya mau usung politik identitas, mendukung Anies yang juga disebut sebagai bapaknya politik identitas, dengan pendukung yang juga suka memakai politik identitas. Ini kombinasi yang sangat komplit.