M Qodari salah satu pengamat politik yang cukup populer di negeri ini.
Karena kepiawaiannya dalam melakukan analisa politik, ia sering diminta untuk menjadi narasumber di berbagai stasiun televisi. Salah satunya di acara ILC TVOne.
Diketahui latar belakang pendidikan Direktur Eksekutif Indo Barometer itu Psikologi Sosial. Kemudian ia mendalami bidang political behavior di University of Essex, Inggris. Dan ia juga meraih gelar Doktor Ilmu Politik dari UGM.
Artinya kemampuannya dalam menganalisa perpolitikan di Indonesia tentu tidak bisa diragukan lagi. Karena ia tidak hanya paham bagaimana ilmu politik itu sendiri tapi juga mengerti bagaimana orang berperilaku dari sudut pandang politik.
Nah, salah satu analisa menarik dari Qodari ini adalah terkait AHY. Kala itu ia mengatakan sulit bagi Ketum Partai Demokrat tersebut untuk ikut Pilpres. Karena seorang Capres/Cawapres minimal butuh 4 P yakni Partai, Penampilan, Panggung dan Pengalaman.
Sedangkan putra sulung SBY itu baru punya 2 P; Partai dan Penampilan.
Partainya Partai Demokrat punya kursi di DPR cukup banyak yakni 54 kursi. Begitupun dengan penampilan AHY tidak bisa diragukan lagi. Itulah kenapa sampai bikin Annisa Pohan klepek klepek.
Panggung dan pengalaman yang AHY tidak punya. Ia tidak menduduki jabatan publik seperti Prabowo yang kini jadi Menteri Pertahanan dan Ganjar yang kini jadi Gubernur Jateng.
Padahal jabatan publik merupakan panggung yang sangat penting bagi seorang bakal Capres/Cawapres.
Begitupun dengan pengalaman, AHY tidak pernah punya pengalaman mengelola pemerintahan. Bahkan di level paling rendah, Ketua RT sekali pun.
Bayangkan, lowongan kerja jadi sopir saja diutamakan yang berpengalaman. Apalagi jadi Cawapres.
Tentu pengalaman sangat-sangat dibutuhkan agar dapat bekerja dengan baik. Karena seperti yang pernah disampaikan oleh salah seorang filsuf Cicero, ‘pengalaman adalah guru terbaik’.
Di samping itu, AHY anak manja bro n sis alias gak mandiri. Ada masalah sedikit di internal Partai Demokrat, bapaknya langsung turun gunung.
Nanti kalau dia jadi Wapres benaran, kasihan sama SBY karena harus turun gunung melulu. Lantaran yang dihadapi oleh seorang Wapres sehari-hari adalah masalah.
Dan ternyata, prediksi Qodari itu benar adanya. Hehehe
Sekarang AHY belum juga dapat tiket Cawapres Anies.
Padahal kalau dihitung, sudah puluhan cara lho yang dilakukan oleh Demokrat agar mantan komandan Korgasma itu bisa jadi calon RI-2.
Mulai dari menyebarluaskan tagar ‘AHY Berprestasi’ di Twitter, pamer prestasi SBY, mengatakan warga Sumbar; warga Banten dan warga Kaltim menginginkan AHY-Anies jadi Presiden dan Wakil Presiden, mengklaim para jenderal mendukung pasangan Anies-AHY, menyebut Anies bisa kalah kalau Cawapresnya bukan AHY, AHY memuji Anies dengan mengatakan mantan Gubernur DKI itu superstar dan leader serta menyebut Majelis Tinggi Partai Demokrat mengusung Anies-AHY.
Pokoknya segala cara dilakukan. Tidak peduli hujan dan panas. Demi terwujudnya ambisi kekuasaan pangeran Cikeas.
Termasuk sampai sekarang, partai yang terkenal dengan slogan ‘katakan tidak pada (hal) korupsi’ tersebut belum secara resmi mengusung Anies. Baru sekedar omongan AHY doang mengatakan Partai Demokrat mendukung Anies, tapi dukungan secara tertulis belum ada sama sekali.
Padahal sesungguhnya dukungan tertulis itulah yang akan menjadi syarat untuk mendaftarkan pasangan Capres/Cawapres ke KPU nantinya.
Lantas, apa yang menjadi penyebab Partai Demokrat masih setengah hati mengusung Anies tersebut?
NasDem belum setuju AHY jadi Cawapres.
Celakanya, NasDem menolak AHY itu merupakan harga mati. Artinya tidak bisa diganggu gugat lagi.
Pertanyaannya, kenapa demikian?
Karena Anies bukan kadernya, sedangkan AHY jelas kader Partai Demokrat. Jadi (kalau Anies-AHY berpasangan) yang bakal panen coattail effect nantinya adalah Partai Demokrat. Bukan partai besutan Surya Paloh tersebut.
Kemudian, karena Anies bukan kader NasDem maka kalau dia jadi Presiden benaran dan AHY jadi Wapres maka yang disebut partai penguasa adalah Partai Demokrat. Bukan NasDem.
Partai NasDem partai yang mengusung Anies pertama, partai yang mendanai kampanye tidak resmi Anies (karena belum memasuki masa kampanye tapi sudah kampanye duluan) serta partai yang dicap main dua kaki lantaran hendak mengusung bakal Capres antitesa dari Jokowi, sementara Partai Demokrat yang paling banyak dapat suara.
Ya gak mau-lah Surya Paloh, Johnny G Plate, dkk.
Jadi kalau melihat situasi dan kondisi yang ada saat ini, hanya 0,00001 persen peluang AHY untuk jadi Cawapres Anies.
Hanya saja masalahnya (meskipun tidak butuh AHY), NasDem dan PKS butuh partainya sebagai pelengkap koalisi.
Tinggal lagi ke depannya hanya ada dua pilihan, ‘koalisi perubahan’ bubar sebelum terbentuk atau Partai Demokrat merelakan AHY tidak jadi Cawapres.
Akan tetapi, kalau AHY tidak jadi Cawapres maka Partai Demokrat tidak akan dapat coattail effect, sehingga berpotensi jadi partai gurem.
Dan kalau Partai Demokrat tidak berkuasa, siap-siap dibombardir oleh Anas Urbaningrum lewat kasus Hambalang.
Memang benar-benar pilihan yang sulit.