Membaca serangkaian berita mengenai curhatan Anies Baswedan di Australia, yang pada bagian tertentu terdengar menjelekkan kinerja pemerintah pusat dalam menangani Covid-19, setidaknya menurut pendapat suyektif eks Mendikbud pecatan itu, kesan pertama yang muncul di benak saya:
“Orang ini agak sakit.”
Kenapa saya berpikir begitu? Setidaknya ada tiga alasan yang saya bisa kemukakan di sini.
Pertama, Anies ini kan berbicara dalam konteks posisinya ketika masih menjabat sebagai gubernur ya. Secara struktural, dia jelas berada di bawah Kemendagri, yang jika dirunut ke atas lagi, ada Presiden Jokowi di sana. Apa hak dia kok sampai mengritik secara terbuka, apalagi dengan kondisi faktual yang berbeda, mengenai kinerja pemerintah pusat sewaktu menjabat?
Kedua, selama Covid-19 menggila di Jakarta, siapa yang menolong kalau bukan pemerintah pusat, termasuk dengan pemberian dana yang dimintakan Anies buat menangani mengganasnya pandemi itu yang menghajar Jakarta dengan telak?
Ketiga, jika hanya karena merasa “tidak diberi laporan” terkait sampel yang katanya dikirimkan ke Kementerian Kesehatan, lalu Anies menyimpulkan penanganan pemerintah pusat buruk, siapa dia kok selevel menteri harus memberi laporan kepada gubernur? Apakah karena dia gubernur rasa presiden, maka Menkes dan jajarannya harus melapor kepadanya, begitu maunya?
Bagian “sakitnya” dimana kalau begitu? Jika tiga poin tadi belum dirasa cukup, seharusya Anies berpikir bahwa dirinya kan sedang bicara di negeri orang, lha kok bisa menjelek-jelekkan pemerintah pusat di negerinya sendiri?
Trus setelah dia pulang, di sini langsung keliling buat kampanye sebagai bakal capres, supaya kelak dipilih oleh rakyat? Kok enak sekali cara kampanye model begitu ya?
Saya patut curiga kalau orang ini memang mudah disetir pihak asing, demi kepentingan negara tertentu yang ingin mengeruk keuntungan dari Indonesia. Atau jangan-jangan malah sudah ada deal-deal khusus baik dengan Singapura, Australia, juga Amerika Serikat, dengan imbalan agar Anies dibantu begitu rupa agar bisa menjadi presiden beneran, bukan pleciden-plecidenan kayak Prabowo dulu.
Akhirnya, kalau orang “sakit” kayak gini diajukan oleh NasDem, PKS, dan Demokrat sebagai bakal capres pada Pilpres 2024 nanti, kita harus menandai dengan garis tebal ketiga partai ini, karena diduga mereka punya agenda pribadi, yang jauh dari kebaikan buat negeri ini.
Hanya kelompok nggak beres yang mendukung “orang sakit” kayak Anies, karena manusia cenderung akan berkomplot dengan yang sealiran. Jika demikian adanya, saya pastikan pada coblosan Februari 2024 nanti, saya tidak akan memilih satu pun calon yang diusung oleh ketiga partai pengusung Anies itu, sebagus apa pun Surya Paloh, AHY, atau siapa pun mencoba promosikan diri. Bagaimana menurut Anda?