Semakin AHY ditolak oleh PKS dan NasDem untuk jadi Cawapres Anies, usaha yang dilakukan oleh Partai Demokrat untuk mendapatkan tiket calon RI-2 semakin menarik untuk diperhatikan.
Setiap hari selalu saja ada ide baru yang muncul untuk meyakinkan anggota ‘koalisi perubahan’ bahwa AHY-lah Cawapres terbaik. Bukan Khofifah, bukan Aher, bukan pula Sandiaga Uno dan Novel Bamukmin.
Tentu masih segar di ingatan kita apa saja yang sudah dilakukan oleh Partai Demokrat agar Ketumnya itu dapat bertarung di Pilpres. Mulai dari menjual nama SBY, mainkan tagar #AHYPemimpinPerubahan, mengancam Anies, mengklaim beberapa daerah di Indonesia mendukung pasangan Anies-AHY, menyebarluaskan hasil survei dari lembaga survei yang tidak kredibel IPO bahwa AHY Cawapres terfavorit pilihan rakyat dan lain-lain.
Termasuk yang terbaru AHY menyampaikan pidato dihadiri oleh ribuan kader Demokrat. Yang itu sebenarnya untuk menunjukkan kepada PKS dan NasDem, ini lho saya. Punya partai, punya basis massa yang banyak. Yang ini akan menjadi modal penting kalau saya jadi Cawapres Anies.
Tapi nampaknya kedua partai tersebut bersikap bodoh amat. Gak ada tuh di media pernyataan elit NasDem maupun elit PKS soal pidato AHY itu.
Artinya apa? Orasi politik AHY tersebut gagal meyakinkan PKS dan NasDem kalau dirinya-lah yang paling tepat untuk mendampingi Anies.
Gagal maning gagal maning. Hehehe
Padahal Pilpres semakin dekat.
Lantas, apa lagi yang dilakukan oleh Partai Demokrat?
Mengklaim mereka sebagai partai wong cilik.
“Biar Demokrat mengurusi Wong Cilik” ujar Kepala Bappilu Partai Demokrat Andi Arief melalui akun Twitternya @Andiarief__ dengan nada seperti tanpa bersalah.
Untuk lebih meyakinkan orang dengan pernyataannya itu, Andi juga membagikan video yang berjudul ‘Perlawanan Demokrat (sebagai) Partai Wong Cilik’.
Di video itu ada pernyataan,
“Kita telah mendengar pidato AHY, dan itu bukanlah kata-kata Ketum Demokrat. Itu adalah kata-kata semua orang, kegelisahan semua orang. Dan itu melampaui apakah dia pendukung rezim ini atau bukan. Mas AHY hanya membantu kita mengucapkannya bahwa di sebuah negeri pasti ada orang susah, pasti ada pengangguran, ada kehidupan yang tidak layak. Tapi bukan itu soalnya. Soalnya adalah bahwa ada uang negara yang dikelola tidak benar, yang seharusnya bisa digunakan untuk mengatasi itu semua”
“Memang (pemerintahan Jokowi) tidak punya niat mengurusi wong cilik” lanjutnya lagi dengan nada tanpa basa-basi.
Ketahuan banget kalau Partai Demokrat hanya baca hasil survei IPO saja, tidak baca hasil survei yang lain. Bahwa menurut hasil survei LSI, tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Jokowi mencapai 76,2 persen ferguso.
Bahkan menurut hasil survei Center for Political Communication Studies, kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah mencapai 78.5 persen.
Pertanyaannya, mana yang lebih bisa dipercaya, orasi AHY yang tendensius yang niatnya semata-mata untuk mendapatkan simpati PKS dan NasDem atau hasil survei?
Dan kalau Jokowi tidak berpihak kepada wong cilik tentu tingkat kepuasan masyarakat terhadapnya tidak akan setinggi itu.
Hanya saja, kita harap maklum juga Demokrat demikian. Karena mereka juga punya kepentingan sehingga melakukan pencitraan seolah-olah peduli sama wong cilik.
Tapi ini pula masalahnya, tidak ada satu pun partai di Indonesia ini yang bisa membendung komentar para netizen yang budiman.
Partai Demokrat yang tiba-tiba mengklaim dirinya paling peduli dengan wong cilik itu pun auto kena geprek netizen.
Berikut di antaranya,
“Boleh ketawa kan?” tutur pemilik akun Twitter @othex_prima sembari menampilkan gambar Goku dan Krilin yang di situ ada tulisan, ‘Lu percaya (sama omongan kader Partai Demokrat)? Kagak’
“Satu kata bacot! Lupa ngaca orang-orang Demokaratan” lanjut pemilik akun Twitter @must_adipati dengan nada serius.
Karena bagaimana mungkin sebuah partai disebut partai wong cilik tapi kadernya yang korupsi buanyak banget. Mulai dari Ketua umumnya, bendahara, Ketua DPP, Wasekjen hingga anggota dewan pembina partai dicyuk KPK.
Termasuk pada 2023 ini masih saja ada kader Partai Demokrat yang dicyduk KPK lantaran korupsi. Mereka adalah Gubernur Papua Lukas Enembe dan Bupati Mamberamo Tengah Ricky Ham Pagawak.
“Wkwkwk, lawak lawak. Slogan aja nyolong (slogan) partai lain. Ampun dah” cuit pemilik akun Twitter @amdfzi2915
Betul. Slogan partai wong cilik itu sebenarnya identik dengan PDIP. Dan ada historisnya.
Di awal berdiri, saat kampanye PDIP selalui diberi lapangan kecil. Alasannya partai tersebut partai partai kecil atau partai wong cilik. Sehingga peserta yang hadir untuk ikut kampanye tidak akan banyak.
Hingga masyarakat kecil (wong cilik) bersimpati kepada PDIP dan mendukung partai itu. Dukungan kepada PDIP pun semakin meluas. Sampai menjadi partai pemenang Pemilu 3 kali.
Sementara, Partai Demokrat mah dikenal sebagai partai yang ‘katakan tidak pada (hal) korupsi’.
Pakek ngaku-ngaku partai wong cilik pula demi AHY diusung jadi Cawapres.
Astaga naga dragon. Hehehe