Sepertinya orasi AHY di hadapan ribuan kader Partai Demokrat yang nyinyirin pemerintah beberapa waktu yang lalu belum berhasil meyakinkan PKS dan NasDem untuk mengusungnya sebagai Cawapres Anies.
Jangankan mau mengusung AHY, di media saja tidak terlihat sama sekali ada respon atau komentar PKS maupun NasDem terkait orasi putra SBY itu.
Artinya apa? Mereka cuek bebek alias gak peduli sama sekali. Hehehe
Lantas, apa lagi yang dilakukan oleh para pendukungnya agar AHY diusung sebagai Cawapres?
Memutar kembali kaset usang atau mengulang kembali hal yang dulu pernah dilakukan yang hasilnya gagal, yakni pamer prestasi SBY.
Tentu masih segar di ingatan kita bagaimana bangganya AHY dengan bapaknya di Rapimnas Partai Demokrat pada 2022 silam.
“Rakyat merindukan siapa? SBY dengan kepimpinan dari Partai Demokrat” ujar AHY waktu itu dengan nada seperti tanpa bersalah.
Saudara kandung Ibas tersebut pun memaparkan, masyarakat Indonesia semakin sejahtera di bawah kepemimpinan SBY. Pertumbuhan ekonomi meningkat, angka pengangguran menurun, hutang pemerintah menurun, anggaran pendidikan meningkat dan pembangunan infrastruktur dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat kecil.
Apapun itu klaimnya, sah-sah saja. Termasuk AHY membanggakan pencapaian bapaknya juga sah-sah saja. Karena kalau bukan SBY, siapa lagi yang mau dia banggakan?
Ibas? Nihil prestasi
Mertuanya, Aulia Pohan. Pernah dipenjara lantaran korupsi.
Korupsi mah aib. Bukan sebuah kebanggaan. Hehehe
Hanya saja, cukup gampang sebenarnya untuk mematahkan klaim AHY tersebut. Tanpa perlu penjelasan panjang lebar. Cukup lihat saja perolehan suara Partai Demokrat pada Pemilu 2014 silam. Apakah meningkat atau turun?
Turun drastis ferguso, dari 20,40 persen menjadi 10,19 persen.
Itu artinya apa? Nyaris setengah pemilih meninggalkan Partai Demokrat.
Logikanya, kalau SBY memang berprestasi tentu Partai Demokrat tidak akan ditinggalkan oleh pemilih. Yang ada malah pemilihnya bertambah.
Pengen ketawa tapi takut dimarahi Annisa Pohan. Hehehe
Dan tidak hanya itu saja Partai Demokrat ditinggalkan pemilih. Pada Pemilu 2019 perolehan suaranya berkurang lagi menjadi 7,77 persen.
Benar-benar klaim yang menyesatkan.
Lalu, dengan pamer prestasi SBY itu, apakah elektabilitas Partai Demokrat meningkat?
Tidak. Karena slogan ‘katakan tidak pada (hal) korupsi’ sudah begitu melekat di hati warga plus 62.
Begitupun dengan AHY, nasibnya tidak semakin membaik pasca ia membanggakan pencapaian bapaknya tersebut. Terbukti dengan tidak ada satu pun partai yang mau mengusungnya sebagai Capres atau Cawapres selain Partai Demokrat.
Jangan-jangan ada kader Partai Demokrat yang tidak setuju Ketumnya itu disodorkan jadi Cawapres Anies, lantaran mereka tahu betul bagaimana kualitas AHY sebagai politisi digoreng dadakan.
Eh bukannya belajar dari masa lalu, pamer prestasi SBY itu kembali dilakukan oleh buzzer Partai Demokrat.
“Sepuluh prestasi pemerintahan SBY, yang didukung penuh (oleh) Partai Demokrat. Insya Allah, program-program pro rakyat akan kembali digaungkan jika Pemilu 2024 nanti Demokrat kembali masuk ke pemerintahan” tutur pemilik akun twitter @hendriteja yang juga menampilkan gambar berisi pencapaian-pencapaian SBY.
Asik. Hehehe
Hanya saja, bukannya mendapat apresiasi yang luar biasa karena telah pamer prestasi SBY itu, cuitan @hendriteja tersebut malah jadi bulan-bulanan netizen.
“Sepuluh Kegagalan Ekonomi SBY” tutur pemilik akun twitter @Syarman59 sembari menampilkan video berisi kegagalan-kegagalan SBY selama memimpin negeri ini.
Dalam video tersebut disebutkan, saat SBY jadi presiden ketimpangan sosial justru semakin melebar, terjadi penurunan kontribusi sektor industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kesejahteraan petani menurun, terjadi penurunan tax ratio, pertumbuhan ekonomi tidak disertai dengan penciptaan lapangan kerja, APBN mengalami defisit, dll. Hehehe
“Hahaha, jualan (nama) SBY yang sudah lewat masanya (kadaluarsa)” cuit pemilik akun Twitter @GusDaAD dengan nada menyindir.
“Kita masih ingat kok” tutur pemilik akun Twitter @dursasena sembari menampilkan foto 8 kader Partai Demokrat yang korupsi semua.
Di samping diledek netizen, buzzer Demokrat yang pamer prestasi SBY itu juga minta diledek Tommy Soeharto.
Kok bisa?
Karena Tommy juga pernah melakukan hal yang sama, menjual pencapaian bapaknya Soeharto agar bisa terpilih jadi presiden.
Bahkan partai yang ia dirikan, Partai Berkarya rada mirip dengan partai bapaknya yakni Golkar. Lambangnya sama-sama pohon beringin dan warnanya sama-sama kuning.
Landasan Partai Berkarya juga mirip dengan landasan pembangunan Orba yaitu Trilogi Pembangunan; stabilitas keamanan, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan.
Pada 2017 silam, setelah persiapan dinyatakan cukup, Partai Berkarya mengumumkan akan mengusung Tommy Soeharto sebagai Capres 2019 dalam rangka mengembalikan kejayaan di masa orde baru.
Asik. Hehehe
Lalu, apa hasilnya?
Jangankan mau mengusung Capres, perolehan suara Partai Berkarya saja hanya 2 persen.
Artinya gurem bro. Karena supaya bisa masuk parlemen, partai harus mendapatkan suara minimal 4 persen.
Semua orang sudah tahu kok kalau bapak dan anak itu dua orang yang berbeda. Artinya tidak bisa disamakan.
Artinya lagi, gak ada gunanya jual nama bapak kalau mau nyapres atau jadi Cawapres. Karena sudah bisa dipastikan gak akan laku itu-lah. Hehehe