Mencapreskan Anies yang juga antitesa Jokowi yang dilakukan Surya Paloh sebagai Ketua Umum Partai Nasional Demokrat mulai berdampak. Baik kepada dirinya pribadi, maupun kepada NasDem sebagai partai politik.
Sejak pencapresan tersebut bersama Partai Demokrat dan PKS yang membentuk Koalisi Perubahan sudah banyak diduga orang merupakan suatu tindakan blunder oleh Paloh yang pada saat itu masih sangat akrab dengan Presiden Jokowi. Entah apa yang menghinggapi pikiran Paloh hingga sampai begitu “berani” mencapreskan Anies.
Sempat terdengar isu bahwa Jokowi akan segera melakukan reshuffle dan dipastikan tiga orang Menteri yang berasal dari NasDem akan menerima “upah” berupa dicopot dari jabatan yang banyak diidamkan oleh politisi negeri kita ini. Hal yang tidak terjadi sampai detik ini.
Tidak memecat dari Kabinet oleh Jokowi dikira Paloh “tidak ada apa-apa” alias semua baik-baik saja. Seiring berjalannya waktu, lama tak bertemu Jokowi akhirnya membuat Paloh resah dan gelisah. Dan makin tersadar manakala tidak diundang pada pertemuan ketua umum parpol pendukung pemerintah ke Istana awal Mei lalu. Artinya, NasDem sudah tidak dianggap.
Selain itu, dampaknya mulai terasa ke bisnis yang selama ini “keistimewaannya” dinikmati Paloh. Konon, kontrak PT Pangansari Utama, perusahaan Paloh sebagai penyedia makanan bagi pekerja Freeport terancam diakhiri.
Dua kolega Surya yang mengetahui performa bisnis Media Group bercerita, Pangansari terancam terdepak sebagai penyedia jasa boga di PT Freeport Indonesia. Perusahaan tambang emas di Papua itu menjadi milik pemerintah Indonesia sejak 2018. Menurut narasumber ini, Pangansari telah menyediakan katering untuk 40 ribu pekerja di Freeport selama sekitar 30 tahun.
Pangansari awalnya dimiliki Bob Hasan, pengusaha sekaligus orang dekat presiden kedua Soeharto. Surya mengambil alih perusahaan ini setelah diserahkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Pada 2012, nilai pengadaan makanan untuk puluhan ribu pekerja berkisar US$ 500 juta per tahun. Kolega Surya bercerita, keuntungan dari bisnis tersebut mencapai ratusan miliar rupiah.
Masih ada lagi. Proses pencairan pinjamannya ke bank pemerintah juga ikut-ikutan terkendala.
Bukan hanya usaha katering, bisnis properti Surya juga belakangan seret. PT Media Properti Indonesia, yang terafiliasi dengan Media Group, sedang membangun gedung kembar Indonesia 1. Pencakar langit di Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, ini dibangun setinggi lebih dari 300 meter. Media Properti mengambil alih saham Indonesia 1 dari perusahaan asal Negeri Tirai Bambu, China Sonangol Media Investment, pada 2022. Menyelesaikan proyek mercusuar itu, Surya membutuhkan dana sebesar Rp 8 triliun. Salah satu solusinya adalah mencari kredit dari bank-bank milik pemerintah. Namun bank pemerintah batal mengucurkan kredit untuk Media Properti akhir tahun lalu atau sekitar dua bulan setelah NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan. Alasannya, situasi ekonomi tak menentu karena pandemi Covid-19.
Mungkin saja akan bertambah seiring waktu. Nampaknya kesialan demi kesialan akan menghinggapi Paloh. Kita lihat saja …