Sejak si kumis Johnny Plate dicokok Kejakgung, perannya Johnny Plate di antaranya menjadi spin-doctor dalam kapasitasnya sebagai Menkominfo sekaligus Sekjen Nasdem bakal terbongkar.
Johnny Plate merupakan korlap Nasdem yang selama ini beroperasi dengan rapi tanpa gangguan karena jabatan Menkominfo yang disandangnya.
Bertahun-tahun Nasdem punya kekuatan finansial dalam mengakomodir para politisi Nasdem, baik dalam momen Pilkada maupun Pilpres.
Semua begitu asyik dan mulus bagi Johnny Plate dan Surya Paloh sampai tiba hari sial itu saat si kumis Johnny Plate ini diborgol Kejakgung.
Dalam mengakomodir kampanye Anies pun Nasdem tampak jor-joran menggelontorkan kekuatan finansial yang luar biasa.
Mulai dari kampanye dengan door prize berhadiah motor maupun mobil, pun juga kemana-mana Anies kampanye pakai pesawat jet pribadi Nasdem.
Darimana semua itu? Analisa logisnya, yang jelas kerugian negara sebesar Rp8 triliun itu tidak mungkin Johnny Plate bermain sendirian.
Pasti ada pihak-pihak lain yang turut serta mem-back up dan mengakomodir kecekatan tangannya merugikan negara yang sangat besar itu. Sebab, terlalu besar yang dipertaruhkan.
Belum lagi Nasdem Tower yang mewah dan megah itu yang dibangun dengan anggaran yang luar biasa besar dan fantastis.
Apakah semua itu dari dana pribadi gurita bisnis Surya Paloh? Saya tidak yakin. Memangnya seberapa besar kekayaan Surya Paloh?
Dengan kasus sebegini besar, Surya Paloh kini panik sepeninggal si kumis Johnny Plate yang kini telah lenyap dari radar politik. Akibat kebodohan kerjanya yang amburadul, Johnny Plate pun membongkok dalam bui.
Salah satu contoh nyatanya, entah siapa yang nganjurin Johnny Plate minta jatah preman Tunjangan Kenakalan sebesar Rp500 juta per bulan itu yang kontraproduktif dengan pencitraannya sebagai Sekjen Nasdem yang terhormat selama ini.
Akibat kebodohannya pula Johnny Plate kini terkulai lemas dalam bui. Dampak taktisnya, Surya Paloh pun layu sebelum bertunas, end-game akibat kepongahannya sendiri.
Masalah utama mereka adalah centang-perenangnya kebobrokan dilingkar dalam Nasdem, sehingga terjadilah peristiwa yang tidak pantas itu. Penahanan Johnny Plate adalah lemparan Bakiak yang telak ke muka Surya Paloh.
Soal Surya Paloh yang tidak bisa mengontrol mulutnya dengan menghalalkan semua ucapannya untuk menonjolkan diri dan ego pribadinya itu memang sudah penyakit bawaan.
Banyak sekali hingar-bingar statement Surya Paloh yang bertolak belakang dan seolah-olah membelokkan fakta yang sesungguhnya. Belum lagi dikompori oleh hasutan para tim horenya yang membabi-buta.
Emosi Surya Paloh dengan pernyataan-pernyataan arogan yang meledak-ledak dengan intonasi lebay macam Pendeta yang lagi khotbah.
Bikin dirinya sudah macam opinion-leader pembela kebenaran dari angkara murka agar tidak mundur sepetakpun melawan kepongahan penguasa yang ditudingnya secara sepihak itu. Pertanyaannya, untuk apa semua itu? Efek dramatis?
Bukannya mengoreksi kesalahan fatal sang Sekjen keblinger yang tidak kapabel itu agar persepsi publik berbalik positif, ini malah semuanya dibuat rancu dan jadi bumerang bagi diri sendiri.
Menyesal dan minta maaf dengan hati yang lembut adalah solusi terbaik, bukan merusaknya dengan prilaku sok jawara yang bikin diri selalu paling benar dan paling tahu dengan tudingan motif dan intervensi politik di lingkaran kekuasaan.
Sudah terlalu banyak blunder yang tak henti-hentinya terus diciptakan, sibuk menonjolkan diri sendiri. Belum lagi hasutan salah kaprah dari para penasehat politik dilingkar dalam Surya Paloh yang tidak kredibel dan dijadikan patokan Surya Paloh tanpa saringan.
Diborgolnya si kumis Johnny Plate yang bagi Surya Paloh harganya terlalu mahal itu justru menyisakan kehilangan kredibilitas partai kebanggaannya itu. Lalu dengan ngaconya adu bacot, sampai pertanyaan yang paling taktis adalah, apa urgensinya pemerintah menjegal Anies?
Apa hebatnya Nasdem dengan kekuatan partai pemenang Pemilu dan para koalisi partai besar-besar itu menghadapi partai gurem macam Nasdem ini?
Sejak penahanan Johnny Plate, Surya Paloh kini hidup seperti dalam bejana gelas transparan. Semua tindak-tanduk dan statementnya dikuliti masyarakat yang masih waras. Inilah akibatnya kalau bergandeng tangan dengan Anies yang banyak dicela.
Hasil akhirmya Surya Paloh kini sudah sempoyongan tanpa si kumis Johnny Plate. Surya Paloh dan Nasdem bakal tamat dengan blunder yang mereka buat sendiri.
Sekarang baru Surya Paloh kena batunya, galau berat dan berada di persimpangan jalan. Apabila mawas diri, mestinya Surya Paloh tidak seterpuruk ini.
Jalan terbaik baginya adalah tetap bergandengan tangan bersama PDIP. Menggandeng Anies hanya bawa sial saja.
Selain tidak perlu capek-capek meladeni dua partai gurem yang madesu itu, mendingan main capjiki cukup dengan PDIP saja.
Sejak si kumis Johnny Plate dicokok Kejakgung, perannya Johnny Plate di antaranya menjadi spin-doctor dalam kapasitasnya sebagai Menkominfo sekaligus Sekjen Nasdem bakal terbongkar.
Johnny Plate merupakan korlap Nasdem yang selama ini beroperasi dengan rapi tanpa gangguan karena jabatan Menkominfo yang disandangnya.
Bertahun-tahun Nasdem punya kekuatan finansial dalam mengakomodir para politisi Nasdem, baik dalam momen Pilkada maupun Pilpres.
Semua begitu asyik dan mulus bagi Johnny Plate dan Surya Paloh sampai tiba hari sial itu saat si kumis Johnny Plate ini diborgol Kejakgung.
Dalam mengakomodir kampanye Anies pun Nasdem tampak jor-joran menggelontorkan kekuatan finansial yang luar biasa.
Mulai dari kampanye dengan door prize berhadiah motor maupun mobil, pun juga kemana-mana Anies kampanye pakai pesawat jet pribadi Nasdem.
Darimana semua itu? Analisa logisnya, yang jelas kerugian negara sebesar Rp8 triliun itu tidak mungkin Johnny Plate bermain sendirian.
Pasti ada pihak-pihak lain yang turut serta mem-back up dan mengakomodir kecekatan tangannya merugikan negara yang sangat besar itu. Sebab, terlalu besar yang dipertaruhkan.
Belum lagi Nasdem Tower yang mewah dan megah itu yang dibangun dengan anggaran yang luar biasa besar dan fantastis.
Apakah semua itu dari dana pribadi gurita bisnis Surya Paloh? Saya tidak yakin. Memangnya seberapa besar kekayaan Surya Paloh?
Dengan kasus sebegini besar, Surya Paloh kini panik sepeninggal si kumis Johnny Plate yang kini telah lenyap dari radar politik. Akibat kebodohan kerjanya yang amburadul, Johnny Plate pun membongkok dalam bui.
Salah satu contoh nyatanya, entah siapa yang nganjurin Johnny Plate minta jatah preman Tunjangan Kenakalan sebesar Rp500 juta per bulan itu yang kontraproduktif dengan pencitraannya sebagai Sekjen Nasdem yang terhormat selama ini.
Akibat kebodohannya pula Johnny Plate kini terkulai lemas dalam bui. Dampak taktisnya, Surya Paloh pun layu sebelum bertunas, end-game akibat kepongahannya sendiri.
Masalah utama mereka adalah centang-perenangnya kebobrokan dilingkar dalam Nasdem, sehingga terjadilah peristiwa yang tidak pantas itu. Penahanan Johnny Plate adalah lemparan Bakiak yang telak ke muka Surya Paloh.
Soal Surya Paloh yang tidak bisa mengontrol mulutnya dengan menghalalkan semua ucapannya untuk menonjolkan diri dan ego pribadinya itu memang sudah penyakit bawaan.
Banyak sekali hingar-bingar statement Surya Paloh yang bertolak belakang dan seolah-olah membelokkan fakta yang sesungguhnya. Belum lagi dikompori oleh hasutan para tim horenya yang membabi-buta.
Emosi Surya Paloh dengan pernyataan-pernyataan arogan yang meledak-ledak dengan intonasi lebay macam Pendeta yang lagi khotbah.
Bikin dirinya sudah macam opinion-leader pembela kebenaran dari angkara murka agar tidak mundur sepetakpun melawan kepongahan penguasa yang ditudingnya secara sepihak itu. Pertanyaannya, untuk apa semua itu? Efek dramatis?
Bukannya mengoreksi kesalahan fatal sang Sekjen keblinger yang tidak kapabel itu agar persepsi publik berbalik positif, ini malah semuanya dibuat rancu dan jadi bumerang bagi diri sendiri.
Menyesal dan minta maaf dengan hati yang lembut adalah solusi terbaik, bukan merusaknya dengan prilaku sok jawara yang bikin diri selalu paling benar dan paling tahu dengan tudingan motif dan intervensi politik di lingkaran kekuasaan.
Sudah terlalu banyak blunder yang tak henti-hentinya terus diciptakan, sibuk menonjolkan diri sendiri. Belum lagi hasutan salah kaprah dari para penasehat politik dilingkar dalam Surya Paloh yang tidak kredibel dan dijadikan patokan Surya Paloh tanpa saringan.
Diborgolnya si kumis Johnny Plate yang bagi Surya Paloh harganya terlalu mahal itu justru menyisakan kehilangan kredibilitas partai kebanggaannya itu. Lalu dengan ngaconya adu bacot, sampai pertanyaan yang paling taktis adalah, apa urgensinya pemerintah menjegal Anies?
Apa hebatnya Nasdem dengan kekuatan partai pemenang Pemilu dan para koalisi partai besar-besar itu menghadapi partai gurem macam Nasdem ini?
Sejak penahanan Johnny Plate, Surya Paloh kini hidup seperti dalam bejana gelas transparan. Semua tindak-tanduk dan statementnya dikuliti masyarakat yang masih waras. Inilah akibatnya kalau bergandeng tangan dengan Anies yang banyak dicela.
Hasil akhirmya Surya Paloh kini sudah sempoyongan tanpa si kumis Johnny Plate. Surya Paloh dan Nasdem bakal tamat dengan blunder yang mereka buat sendiri.
Sekarang baru Surya Paloh kena batunya, galau berat dan berada di persimpangan jalan. Apabila mawas diri, mestinya Surya Paloh tidak seterpuruk ini.
Jalan terbaik baginya adalah tetap bergandengan tangan bersama PDIP. Menggandeng Anies hanya bawa sial saja.
Selain tidak perlu capek-capek meladeni dua partai gurem yang madesu itu, mendingan main capjiki cukup dengan PDIP saja.
Sejak si kumis Johnny Plate dicokok Kejakgung, perannya Johnny Plate di antaranya menjadi spin-doctor dalam kapasitasnya sebagai Menkominfo sekaligus Sekjen Nasdem bakal terbongkar.
Johnny Plate merupakan korlap Nasdem yang selama ini beroperasi dengan rapi tanpa gangguan karena jabatan Menkominfo yang disandangnya.
Bertahun-tahun Nasdem punya kekuatan finansial dalam mengakomodir para politisi Nasdem, baik dalam momen Pilkada maupun Pilpres.
Semua begitu asyik dan mulus bagi Johnny Plate dan Surya Paloh sampai tiba hari sial itu saat si kumis Johnny Plate ini diborgol Kejakgung.
Dalam mengakomodir kampanye Anies pun Nasdem tampak jor-joran menggelontorkan kekuatan finansial yang luar biasa.
Mulai dari kampanye dengan door prize berhadiah motor maupun mobil, pun juga kemana-mana Anies kampanye pakai pesawat jet pribadi Nasdem.
Darimana semua itu? Analisa logisnya, yang jelas kerugian negara sebesar Rp8 triliun itu tidak mungkin Johnny Plate bermain sendirian.
Pasti ada pihak-pihak lain yang turut serta mem-back up dan mengakomodir kecekatan tangannya merugikan negara yang sangat besar itu. Sebab, terlalu besar yang dipertaruhkan.
Belum lagi Nasdem Tower yang mewah dan megah itu yang dibangun dengan anggaran yang luar biasa besar dan fantastis.
Apakah semua itu dari dana pribadi gurita bisnis Surya Paloh? Saya tidak yakin. Memangnya seberapa besar kekayaan Surya Paloh?
Dengan kasus sebegini besar, Surya Paloh kini panik sepeninggal si kumis Johnny Plate yang kini telah lenyap dari radar politik. Akibat kebodohan kerjanya yang amburadul, Johnny Plate pun membongkok dalam bui.
Salah satu contoh nyatanya, entah siapa yang nganjurin Johnny Plate minta jatah preman Tunjangan Kenakalan sebesar Rp500 juta per bulan itu yang kontraproduktif dengan pencitraannya sebagai Sekjen Nasdem yang terhormat selama ini.
Akibat kebodohannya pula Johnny Plate kini terkulai lemas dalam bui. Dampak taktisnya, Surya Paloh pun layu sebelum bertunas, end-game akibat kepongahannya sendiri.
Masalah utama mereka adalah centang-perenangnya kebobrokan dilingkar dalam Nasdem, sehingga terjadilah peristiwa yang tidak pantas itu. Penahanan Johnny Plate adalah lemparan Bakiak yang telak ke muka Surya Paloh.
Soal Surya Paloh yang tidak bisa mengontrol mulutnya dengan menghalalkan semua ucapannya untuk menonjolkan diri dan ego pribadinya itu memang sudah penyakit bawaan.
Banyak sekali hingar-bingar statement Surya Paloh yang bertolak belakang dan seolah-olah membelokkan fakta yang sesungguhnya. Belum lagi dikompori oleh hasutan para tim horenya yang membabi-buta.
Emosi Surya Paloh dengan pernyataan-pernyataan arogan yang meledak-ledak dengan intonasi lebay macam Pendeta yang lagi khotbah.
Bikin dirinya sudah macam opinion-leader pembela kebenaran dari angkara murka agar tidak mundur sepetakpun melawan kepongahan penguasa yang ditudingnya secara sepihak itu. Pertanyaannya, untuk apa semua itu? Efek dramatis?
Bukannya mengoreksi kesalahan fatal sang Sekjen keblinger yang tidak kapabel itu agar persepsi publik berbalik positif, ini malah semuanya dibuat rancu dan jadi bumerang bagi diri sendiri.
Menyesal dan minta maaf dengan hati yang lembut adalah solusi terbaik, bukan merusaknya dengan prilaku sok jawara yang bikin diri selalu paling benar dan paling tahu dengan tudingan motif dan intervensi politik di lingkaran kekuasaan.
Sudah terlalu banyak blunder yang tak henti-hentinya terus diciptakan, sibuk menonjolkan diri sendiri. Belum lagi hasutan salah kaprah dari para penasehat politik dilingkar dalam Surya Paloh yang tidak kredibel dan dijadikan patokan Surya Paloh tanpa saringan.
Diborgolnya si kumis Johnny Plate yang bagi Surya Paloh harganya terlalu mahal itu justru menyisakan kehilangan kredibilitas partai kebanggaannya itu. Lalu dengan ngaconya adu bacot, sampai pertanyaan yang paling taktis adalah, apa urgensinya pemerintah menjegal Anies?
Apa hebatnya Nasdem dengan kekuatan partai pemenang Pemilu dan para koalisi partai besar-besar itu menghadapi partai gurem macam Nasdem ini?
Sejak penahanan Johnny Plate, Surya Paloh kini hidup seperti dalam bejana gelas transparan. Semua tindak-tanduk dan statementnya dikuliti masyarakat yang masih waras. Inilah akibatnya kalau bergandeng tangan dengan Anies yang banyak dicela.
Hasil akhirmya Surya Paloh kini sudah sempoyongan tanpa si kumis Johnny Plate. Surya Paloh dan Nasdem bakal tamat dengan blunder yang mereka buat sendiri.
Sekarang baru Surya Paloh kena batunya, galau berat dan berada di persimpangan jalan. Apabila mawas diri, mestinya Surya Paloh tidak seterpuruk ini.
Jalan terbaik baginya adalah tetap bergandengan tangan bersama PDIP. Menggandeng Anies hanya bawa sial saja.
Selain tidak perlu capek-capek meladeni dua partai gurem yang madesu itu, mendingan main capjiki cukup dengan PDIP saja.