Baru-baru ini, ada satu video yang membuat narasi bahwa ribuan personel TNI yang dipimpin Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mendeklarasikan dukungan untuk Anies sebagai capres.
Video berdurasi 8 menit itu diedit seolah-oleh Panglima TNI mendeklarasikan Anies sebagai capres 2024. Faktanya peristiwa itu terjadi dalam waktu dan tempat berbeda. Dalam video itu momen yang disorot adalah kegiatan olahraga Anies di Kopassus pada 9 November 2019 sewaktu Anies masih jadi Gubernur DKI. Sedangkan Laksamana Yudo Margono di video itu adalah kegiatan apel gelar pasukan kesiapsiagaan TNI Angkatan Laut di Tanjung Priok pada 23 November 2020.
Benar-benar video yang keterlaluan. Mereka sama sekali gak pernah bertobat. Malah makin ke sini makin kurang ajar. Pihak TNI kabarnya sudah mengusut video hoax itu dan akan ada proses hukum karena kasus ini bukan yang pertama kali terjadi.
Saya sempat cek di Youtube mengenai channel yang bikin video ini, tapi tampaknya sudah diganti namanya lalu lenyap. Ini tanda-tanda orangnya lagi panik dan gak bisa tidur nyenyak meski tidur di atas ranjang premium seharga Rp 100 juta. Kalau orangnya ada gejala asam lambung, penderitaannya bakal lebih berkesan.
Dari beberapa screenshot yang saya lihat di media sosial, tampak jelas beberapa videonya condong mendukung Anies. Mendukung sih gak masalah, tapi dari beberapa videonya kelihatan banyak propaganda sesat. Videonya menjual mimpi palsu untuk membodohi dan membohongi orang lain. Udah bener kalau pelaku dilacak dan ditangkap segera. Jangan kasih kendor, karena mereka ini gak pernah kapok, gak pernah tobat, gak pernah mikir pake otak. Sebaiknya jangan beri opsi minta maaf pakai materai biar ada efek jera.
Kita bicara secara logis. Katakanlah pelaku bukan pendukung sejati Anies, cuma oknum atau gimana lah. Tapi kenapa videonya terkesan bela Anies? Kalaupun itu oknum, sudah jelas dia dukung Anies. Kalau gak dukung Anies, ngapain dia capek-capek bikin video sesat dengan narasi bau sampah? Kalau bukan pendukung fanatik, ngapain dia nekat bikin hoax yang bisa membahayakan dirinya sendiri?
Pasti ada yang bilang itu adalah fitnah yang dilakukan oleh lawan Anies agar nama Anies semakin buruk. Ini lebih gak masuk akal. Ngapain kubu lawan Anies bikin hoax yang bisa bikin dia sendiri ditangkap? Memangnya ada orang yang begitu bodoh, orang yang benci Anies lalu bikin hoax dan dia ditangkap? Orang yang waras takkan lakukan itu karena ini sama dengan niat melempari musuh dengan api tapi tangan sendiri hangus terbakar. Orang waras pakai cara yang elegan untuk menghadapi Anies, bukan dengan hoax.
Capres yang didukung oleh kelompok yang suka bikin gaduh, yang suka sebar hoax sebaiknya jangan dipilih. Ingatlah, perilaku pendukung mewakili sifat yang didukung. Kelompok ini kalau berkuasa, bukan memajukan negara, tapi menghancurkan negara ini sampai mundur beberapa tahun ke belakang.
Contohnya, ada kelompok yang menolak Coldplay konser di Indonesia. Bahkan mereka ancam akan kepung bandara dan demo besar-besaran. Kelompok ini dulu mendukung Anies. Bayangkan kalau mereka diberi panggung, negara ini bakal diatur seenaknya sesuai dengan pemikiran Mereka yang jeblok. Mereka tidak mau ini itu, kita semua harus menurut. Mereka mau apa, kita tak boleh protes. Sungguh hidup yang gak asyik kalau berurusan dengan kelompok munafik ini.
Dari dulu strategi mereka gak pernah berubah. Kalau bukan lewat berita sesat, pasti bakal main isu agama. Semurah itukah moral mereka? Sebobrok itukah kelakuan mereka sehingga harus pakai hoax untuk mengangkat nama Anies? Mungkin mereka kesal Anies terus kalah di survei, makanya langsung main dengan cara barbar.
Kadang kalau dipikir-pikir, entah ditaruh di mana nalar mereka. Cara begini malah bikin nama Anies makin jelek. Orang-orang makin muak tiap kali mendengarkan nama Anies. Kelakuan sebagian pendukungnya selalu bikin banyak orang muntah.
Kalau mau dukung capres, jadilah gentleman adu kemampuan, gagasan dan ide. Jangan kayak pengecut, dikit-dikit tebar fitnah dan hoax. Kalau kelompok model begini dibiarkan lagi, siap-siap aja cara busuk yang dipakai di Pilkada DKI bakal diulang lagi. Pelakunya selalu itu-itu aja, gak ada yang lain.
Kalau mau tahu capres mana yang layak dan tidak layak dipilih, lihat saja kelompok kadrun itu dukung siapa. Siapapun yang mereka dukung, maka jangan dipilih. Atau kalian perhatikan juga gerak-gerik Partai PKS. Mereka dukung siapa, maka jangan dipilih. Siapapun yang PKS pilih, maka itu salah. Yang benar adalah memilih orang yang dibenci PKS. Itu adalah rumus baku yang tak bisa ditawar-tawar.
Mereka pasti akan mendukung orang-orang yang satu frekuensi. Ada kesamaan yang bikin mereka cocok dan klop. Yang bobrok akan kumpul dengan yang sama-sama bobrok. Tidak perlu pakai kaca pembesar untuk melihat keberadaan mereka. Mereka gampang ditemui, mudah dideteksi kelakuannya. Mendeteksi anggota intelijen pasti sulit, tapi kalau mendeteksi kadrun, anak sekolah pun bisa.
Bagaimana menurut Anda?